Ade Kosmaya dilahirkan di Bandung pada tahun 1941. Ia dikenal sebagai penggiat sastra yang aktif, menulis puisi sejak duduk di bangku SMA sekitar tahun ’60-an, tetapi lebih produktif menulis pada kurun 80—90-an. Puisi-puisi yang dihasilkannya menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan Sunda. Karya-karya puisinya belum pernah dikirimkan ke majalah-majalah atau koran-koran di luar kota Bandung. Dengan kata lain, ia hanya mengirimkan karya-karyanya ke media massa lokal yang berada di kota Bandung karena ingin membesarkan Bandung. Ia tidak terlalu peduli pada masalah publikasi diri atau popularitas.
Menurut Acep Iwan Saidi, Ade Kosmaya adalah penyair yang sangat konsisten mempertahankan bunyi dalam sajaknya. Bahkan, dalam beberapa sajaknya memperlihatkan pola pengucapan pantun tradisional Sunda yang sarat dengan permainan bunyi. Sajak Mawar Sabar berikut ini memperlihatkan hal tersebut. Kalau tahu indahnya mawar/ bakal mengerti , ia menjadi Juru Buhangatnya pacar/Kalau tahu makna kelekar/bakal siap menghunjam akar//.
Ade Kosmaya memiliki kecenderungan mempertahankan nilai-nilai masa lalu dalam sajak-sajaknya. Bahkan, dalam kumpulan puisinya yang terakhir, Dari Situs ke Situs sangat jelas memperlihatkan keberpihakannya pada kejayaan masa silam, pada kedamaian Kerajaan Galuh dan kebijaksanaan Sang Hyang Jatipermana.
Sejak tahun 1960 Ade Kosmaya menjadi anggota Studi Klub Teater Bandung. Ia aktif sebagai aktor dan sutradara. Selain itu, ia adalah pencipta embrio sekaligus “bidan” kelahiran Gelanggang Seni Sastra, Teater, dan Film Universitas Padjadjaran. Berbagai jabatan pernah diraihnya, antara lain sebagai ketua HISKI Bandung dan menjadi juri berbagai kegiatan sastra.
Pengalaman yang paling berkesan dalam hidup Ade adalah ketika dirinya memerankanLaertes/Tumenggung Jalu Wuyung dalam pertunjukkan teater Hamlet di bawah arahan Jim Lim dan Suyatna Anirun. Pengalaman lainnya adalah pernah menjadi pemenang dalam Kejuaraan Deklamasi se-Indonesia setelah menjalanai seleksi ketat di tingkat provinsi pada tahun 1962 di Denpasar. Pemenang lain dalam kejuaraan tersebut adalah Amoroso Katamsi (Juara 2) dan Kusno Sudjarwadi (Juara 3). Namun, pengalaman yang tidak bisa dilupakannya adalah ketika menjadi sarjana di bawah bimbingan Ayip Rosidi yang bukan sarjana.