Anak Tanah Air

anak-tanah-airAnak Tanah Air  adalah sebuah roman hasil karya Ajip Rosidi. Roman ini ditulis ketika ia berada di Jepang. Meskipun demikian, Anak Tanah Air diterbitkan di Indonesia oleh penerbit Gramedia pada tahun 1985. Secara ringkas, roman ini mengisahkan perjalanan hidup seorang pemuda lugu yang berhasil dihasut oleh PKI. Latar cerita roman ini terjadi di kota Metropolitan Jakarta sekitar tahun 1960-an. Tokoh yang terlibat dalam cerita adalah Ardi (seorang pemuda desa yang melanjutkan sekolah ke Jakarta), Mohammad (paman Ardi), Rusmin (paman Ardi), Ahmad (teman Ardi, seorang seniman lukis), Hasan (teman Ardi, seorang seniman lukis), Rini (teman Ardi, seorang wanita modern), Hermin (pacar Ardi, seorang wanita modern), dan Suryo (teman Ardi).

Ardi sangat gembira diajak oleh pamannya, Abdul Manan untuk sekolah di Jakarta. Tinggal di Jakarta merupakan impiannya. Dengan bersekolah di Jakarta ia dapat mengalami kehidupan di kota besar dengan sesungguhnya. Ardi dan pamannya, Abdul Manan mengontrak rumah yang sangat kecil. Rumah kontrakan itu dihuni oleh tiga orang pamannya, yaitu Mohammad, seorang siswa SMU di Jakarta. Sambil bersekolah,  Ardi bekerja paruh waktu di Departemen Keuangan, Jakarta. Paman Ardi dan paman Rusmin seorang siswa Sekolah Taman Dewasa. Sementara itu, pamannya, Abdul Manan, menyekolahkan Ardi di Sekolah Taman Dewasa. Dengan kehadirannya, berarti rumah kontrakan yang kecil itu menjadi semakin sumpek. Ardi tidak menghiraukan kesumpekan itu. Dengan semangat yang menggebu-gebu, ia tetap meneruskan sekolah di Jakarta.

Jarak tempat tinggal Ardi dan sekolahnya cukup jauh. Ia harus berjalan kaki untuk sampai ke sekolah. Pada awalnya, ia merasa tersiksa. Karena tidak biasa menggunakan sepatu, kakinya pun lecet. Akan tetapi, semangatnya untuk bersekolah tidak pernah pudar. Bahkan, ia sangat rajin belajar. Ia tidak pernah membolos. Di sekolah Ardi sangat luwes dan pandai bergaul. Satu hal yang menjadi kekurangannya adalah ia tidak suka bergaul dengan teman-temannya yang lebih muda. Itulah sebabnya kebanyakan teman Ardi adalah kakak kelasnya.

Ardi memiliki hobi dan bakat melukis. Hal ini membuat Ardi sering bergaul dengan teman-temannya yang sama-sama hobi melukis. Ia belajar banyak dari teman-temannya yang lebih dewasa darinya untuk melukis. Lukisannya semakin lama menunjukkan perkembangan yang baik. Ia kirimkan hasil karyanya yang berupa sketsa kepada beberapa penerbit. Beberapa karyanya itu pun di publikasikan. Dengan demikian, ia dapat menambah penghasilan.

Sesudah menyelesaikan sekolah Taman Dewasa, Ardi melanjutkan ke sekolah Taman Madya. Pergaulannya semakin meluas. Dia mulai melibatkan diri dalam pembicaraan tentang politik bersama kawan-kawannya. Persoalan politik saat itu memang sedang hangat-hangatnya karena saat yang bersamaan pemerintah sedang mempersiapkan pemilihan umum.

Tiba-tiba kampung tempat mengontrak Ardi terbakar. Rumah kontrakannya ikut terbakar. Ardi dan teman-temannya menghubungkan kebakaran tersebut dengan keadaaan politik pada saat itu. Mereka menganggap bahwa kebakaran itu sengaja dilakukan oleh lawan-lawan politik pemerintah yang sedang berkuasa agar pemerintah menjadi sibuk dengan urusan kebakaran tersebut. Dengan demikian, pemerintah akan dijauhi oleh rakyatnya. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa pemerintah sengaja membakar kampung tersebut untuk menakut-nakuti lawan politiknya.

Setamat Taman Madya, Ardi memutuskan untuk mencari pekerjaan. Meskipun ingin melanjutkan sekolahnya, ia tidak mampu membiayainya.. Ardi kemudian pindah ke rumah Ahmad, temannya sesama pelukis.

Ardi kemudian berkenalan dengan Rini. Ia menginginkan Rini sebagai model lukisannya. Ardi sering mengunjungi rumah Rini. Dalam kunjungan itu ia sering bertemu dengan Hermin, salah seorang teman Rini. Ia mulai jatuh hati kepada Hermin, demikian pula sebaliknya. Keduanya pun sepakat menjalin cinta. Hubungan keduanya semakin akrab. Meraka pun sering melakukan perbuatan terlarang.

Ardi termasuk pemuda lugu. Dalam pergaulan sehari-hari, dia tidak pernah curiga kepada orang lain. Ia tidak pernah memikirkan maksud baik dan tidak baik orang lain. Ia kemudian berkawan dengan kader PKI. Ia terpengaruh oleh bujuk rayunya. Suatu ketika, ia didatangi oleh Suryo, seorang seniman Lekra. Di satu sisi, Ia tidak mengetahui jika Suryo merupakan seniman Lekra. Di sisi lain, Ardi juga tidak mengetahui bahwa Lekra adalah tempat berkumpulnya para seniman yang berideologi komunis. Ia terbujuk rayu oleh Suryo untuk menandatangani Surat Konsepsi Presiden. Kemudian, Suryo dan teman-temannya mengumumkan Surat Konsepsi Presiden itu di berbagai media massa. Dalam surat konsepsi tersebut, ia mencantumkan nama Ardi, sehingga pemuda lugu itu mulai dijauhi oleh teman-temannya karena ia dianggap sebagai anggota Lekra. Ia juga dianggap sebagai kader PKI karena Lekra adalah milik PKI.

Sejak itu, Ardi mulai dibenci orang. Sketsa-sketsanya yang dia kirimkan ke majalah-majalah tidak lagi dimuat. Paham-paham yang dimasukkan oleh kader-kader PKI kepada Ardi sudah mulai mengental. Beberapa kali Ardi dinasehati oleh Ahmad agar menjauhi kader PKI, tetapi ia tidak menuruti nasihat itu. Kedua orang tua Hermin pun menasihati dirinya, tetapi Ardi tetap pada pendiriannya. Ardi tidak hanya dijauhi teman-temannya, tetapi dijauhi pula oleh kekasihnya. Ia malah berani menentang nasihat pamannya, Abdul Manan. Ardi hanya mengikuti apa yang disampaikan Suryo dan kader PKI lainnya.

Ardi betul-betul sudah memihak kepada Suryo dan teman-teman komunisnya. Suryo dan kawan-kawannya tidak hanya memberikan fasilitas seperti pameran tunggal pada Ardi, tetapi juga berjanji akan memberikan pekerjaan kepada Ardi pada suatu penerbitan majalah. Suryo juga memberikan uang kepada Ardi dengan cuma-cuma. Hal itu membuat Ardi begitu percaya kepada Suryo dan kawan-kawannya. Bahkan, ia berpikir, menjauhnya teman-teman seperti Ahmad dan Hermin darinya disebabkan oleh kecemburuan terhadap Suryo dan kawan-kawan.

Pameran tunggal Ardi sukses luar biasa. Pengunjungnya berjubel dan karya-karya Ardi banyak dipuji publik. Berbagai majalah dan koran membincangkan lukisan-lukisannya. Kesuksesan pameran tunggal yang dibiayai orang-orang Lekra membuat hubungan Ardi dengan mereka semakin akrab. Bagi Ardi, Suryo dan kawan-kawannya adalah teman sejati. Lekra dianggapnya sebagai sarana berkumpul orang-orang yang sangat baik. Mereka adalah dewa penolong dalam meraih kesuksesannya.

Puncaknya, Ardi dikirim ke luar negeri oleh Lekra Di sana, dia bertemu dengan Hasan, seorang seniman lukis yang tidak  tertarik dengan organisasi politik. Dari sinilah Ardi baru menyadari bahwa selama ini ia keliru. Selama ini ia telah menganut ideologi komunis. Dia menyatakan keinginannya untuk keluar dari Lekra kepada Hasan dan serius menekuni dunia melukis.

Ardi kembali ke Indonesia. Ia mengetahui kemudian bahwa Lekra dan PKI adalah organisasi terlarang. Ia semakin menyadarinya ketika pada tanggal 30 September 1965, PKI berusaha mengkudeta negara. Rencana penguasaan ini tidak berhasil sampai akhirnya PKI dibubarkan. Semua yang berhubungan dengan PKI dilarang di Indonesia, begitu pula para penganut komunis lainnya diburu. Ardi sempat menyelamatkan diri dari kejaran pihak keamanan. Ia melarikan diri sampai ke Jawa Tengah. Namun, kemudian tidak jelas nasibnya.

Demikian kisah ringkas roman Anak Tanah Air karya Ajip Rosidi. Secara tersirat roman itu mengisahkan kehidupan seorang pemuda yang tanpa sengaja dan tanpa sadar memasuki sebuah organisasi yang kemudian dilarang oleh pemerintah.

Postingan Terkait