Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah, dan Kuasai Bahasa Asing

Menuju Zona Integritas Wilayah Bebas dari Korupsi

Kontak Aduan & Layanan
082130165377
Pengaduan ULT
Artikel Penelitian

Analisis Fungsi Pelaku dan Motif Cerita “Dalem Boncel”

Oleh Sarip Hidayat

 

PENDAHULUAN

“Dalem Boncel” merupakan salah satu cerita yang ada dalam buku Dongeng-Dongeng Pakidulan Garut terbitan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Garut tahun 2014 (cetakan kedua). Buku ini merupakan kumpulan cerita rakyat yang ditulis ulang oleh tim peneliti Disbudpar setelah sebelumnya melakukan inventarisasi cerita rakyat, khususnya di wilayah Selatan Kabupaten Garut.

Dalam khazanah kesusastraan Sunda, cerita mengenai “Dalem Boncel” telah menjadi bagian dari dokumentasi cerita rakyat orang Sunda. Dalam pandangan awam masyarakat, “Dalem Boncel” atau “Regen Boncel” bercerita tentang seorang anak yang durhaka kepada ibunya. Pandangan ini didasari pada akhir cerita yang memperlihatkan sikap Dalem Boncel yang tidak mengakui orang tuanya yang kemudian menerima akibat perbuatannya mengusir orang tuanya tersebut.

Jika dilihat lebih teliti lagi, jalinan cerita yang ada dalam “Dalem Boncel” sebenarnya lebih banyak membicarakan perjuangan Dalem Boncel dalam menggapai cita-citanya, yaitu mengubah kondisi kehidupannya. Hal ini luput dari pandangan umum yang lebih memilih anggapan bahwa Dalem Boncel adalah anak durhaka.

Dalam menganalisis cerita “Dalem Boncel” ini digunakan teori struktural dari A.J. Greimas, khususnya teori tentang cara menganalisis dongeng melalui tiga oposisi yang disebutnya three spheres of opposed. Ketiga oposisi tersebut dalam Suwondo (2003:54) diterjemahkan menjadi subjek-objek, pengirim-penerima, dan pembantu-penentang. Ketiga oposisi tersebut dibentuk ke dalam sebuah bagan yang terdiri atas enam aktan yang mewakili unsur-unsur dari oposisi tersebut.

Selain dianalisis berdasarkan aktan yang membentuk tiga oposisi tersebut, cerita ini dianalisis pula keterkaitan dalam alurnya melalui sebuah model fungsional yang juga diperkenalkan A.J. Greimas. Dalam model fungsional ini, ada tiga tahap yang hadir dalam suatu cerita, yaitu situasi awal, transformasi, dan situasi akhir. Dalam tahap transformasi ada tiga tahap yang mendukung terjadinya transformasi, yaitu tahap kecakapan, tahap utama, dan tahap kegemilangan.

Selain dilihat dari aktan dan fungsinya yang mendukung terjadinya hubungan naratif antar unsurnya, cerita “Dalem Boncel” juga akan dilihat melalui unsur motif yang hadir dalam cerita.

 

PEMBAHASAN

Sebelum menganalisis dan membahas fungsi pelaku dan motif cerita, berikut ini disajikan sinopsis cerita “Dalem Boncel” versi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Garut. Sinopsis ini terjalin dari sejumlah sekuen yang sebelumnya telah dibuat oleh peneliti.

Tersebutlah sepasang suami istri yang hidup dalam kemelaratan. Mereka memiliki anak laki-laki yang tidak tahan dengan kondisi tersebut. Akhirnya, si anak yang bernama Boncel meminta izin kepada orangtuanya untuk mencari kerja di tempat lain. Akan tetapi, keinginan tersebut ditentang oleh orangtuanya. Meskipun ditentang, Boncel bersikukuh meninggalkan kampungnya untuk mencari penghidupan yang lebih baik.

Dalam pencariannya, Boncel bekerja di beberapa tempat. Ia pernah bekerja sebagai penyabit rumput untuk Ki Paninggaran, seorang pemburu. Karena tidak betah dan ingin mencari kondisi yang lebih baik, ia pun meninggalkan pekerjaannya tersebut. Suatu ketika ia tertidur di depan sebuah rumah yang ternyata milik seorang juru tulis. Alih-alih diusir, Boncel malah ditawarkan pekerjaan sebagai penyabit rumput untuk makanan kuda sang juru tulis. Boncel menerima pekerjaan tersebut. Di sela-sela pekerjaannya, Boncel belajar membaca dan menulis kepada anak sang juru tulis. Karena terkesan dengan hasil pekerjaannya dan mulai terlihat kepandaiannya dalam membaca dan menulis, Juru tulis kemudian mengajak Boncel untuk bekerja di kedaleman sebagai patih sampai akhirnya Boncel menjadi seorang dalem.

Suatu ketika, Boncel kedatangan tamu sepasang suami istri yang mengaku-ngaku sebagai orang tuanya. Karena merasa dirinya sudah naik derajat menjadi seorang dalem, Boncel tidak mengakui kedua orang tuanya tersebut. Bahkan ia tega mengusir mereka. Orang tua Boncel pun meninggalkan anak mereka dengan hati yang pedih karena tidak diakui oleh anaknya sendiri.

Sepeninggal orang tuanya, Boncel terkena penyakit sampai akhirnya ia meninggal dunia.

 

Fungsi Utama Cerita Dalem Boncel

  1. Keinginan Boncel untuk memperbaiki kehidupannya dengan mencari pekerjaan menkipun mendapat penolakan dari orang tuanya.
  2. Dalam pengembaraan, Boncel bertemu dengan Ki Paninggaran yang kemudian mengajaknya bekerja sebagai penyabit rumput.
  3. Kesanggupan Boncel untuk bekerja dengan Ki Paninggaran
  4. Kebosanan menyelimuti Boncel yang akhirnya meninggalkan pekerjaan pertamanya tersebut.
  5. Boncel kemudian bertemu dengan seorang Juru tulis yang juga mengajaknya bekerja sebagai penyabit rumput.
  6. Kesanggupan Boncel untuk bekerja dengan Juru Tulis
  7. Boncel memanfaatkan waktu senggangnya dengan belajar membaca dan menulis
  8. Juru tulis terkesan dengan hasil pekerjaan Boncel
  9. Boncel diangkat menjadi Patih sampai akhirnya diangkat menjadi seorang Dalem
  10. Penolakan Boncel terhadap kehadiran orang tua yang selama ini mencarinya karena merasa derajatnya berbeda
  11. Penolakan itu membuat sedih orang tuanya
  12. Dalem Boncel akhirnya sakit kemudian meninggal.

 

Analisis Struktur Aktan dan Fungsional Cerita “Dalem Boncel”

 

bagan fungsi

Dalam bagan ini dapat dilihat bahwa keinginan Boncel mengubah hidup mendorongnya untuk mencari pekerjaan. Di sini terlihat bahwa yang berperan sebagai pengirim atau sender adalah keinginan dalam diri tokoh utama yang kemudian menggerakkan tokoh utama untuk melakukan perjalanan mencari pekerjaan. Dalam hal ini, tokoh utama menjadikan dirinya sebagai subjek untuk melaksanakan keinginannya. Berperan sebagai penentang adalah kedua orang tuanya yang tidak menginginkan Boncel meninggalkan mereka yang sudah tua. Mereka berusaha menghalangi keinginan Boncel untuk melakukan perjalanan. Meskipun ada penentangan, Boncel tetap melakukan perjalanan untuk mendapatkan pekerjaan.

Dalam perjalanan tersebut, ia dibantu oleh dua pihak yang mau menerimanya sebagai pegawai, yaitu Ki Paninggaran dan Juru Tulis. Kedua tokoh tersebut berperan sebagai penolong subjek untuk mendapatkan objek berupa pekerjaan. Bahkan berkat Juru Tulis, Boncel akhirnya menerima hasil kerja kerasnya dalam bekerja. Ia menjadi seorang dalem yang pada akhirnya mampu mengubah kehidupannya yang serba melarat menjadi serba berkecukupan. Akan tetapi, dalam penerimaan tersebut, Boncel sebenarnya menerima kenyataan lain bahwa ia akhirnya jatuh sakit dan meninggal dunia karena tidak mengakui kedua orang tuanya.

Jika melihat akhir dari cerita ini, meskipun keinginan untuk memperbaiki kehidupannya telah berhasil dilakukan oleh Boncel sebagai subjek, tercapainya tujuan tersebut membuat subjek lupa diri dan lupa asal usulnya karena tidak mau menerima kedua orang tuanya.

Struktur Fungsional

Analisis struktur fungsional cerita ini dilihat dari tiga bagian, yaitu situasi awal, tahap transformasi (yang di dalamnya ada tahap kecakapan, tahap utama, dan tahap kegemilangan), dan situasi akhir. Berikut ini uraian dari ketiga bagian tersebut.

 

Situasi Awal

Cerita diawali dengan keadaan tokoh utama, Boncel yang hidup dengan kedua orang tuanya. Ketika dewasa, Boncel tidak tahan dengan keadaan keluarganya yang serba kekurangan, hidup dalam kemelaratan. Ia ingin mengubah kehidupannya tersebut. Untuk itu, ia berketetapan hati untuk mengembara, mencari pekerjaan di tempat lain.

 

Transformasi

Dalam bagian transformasi, ada tiga tahap yang diuraikan sebagaimana berikut ini.

Tahap Kecakapan

Boncel akhirnya berangkat mencari pekerjaan ke tempat lain. Semula, keberangkatan itu ditentang oleh kedua orangtuanya. Namun, Boncel bersikukuh untuk pergi. Dalam pengembaraannya, ia bertemu dengan Ki Paninggaran yang menanyakan maksud perjalanannya. Setelah menjelaskan keinginannya untuk mencari pekerjaan, Boncel akhirnya diajak untuk bekerja pada Ki Paninggaran tersebut sebagai penyabit rumput. Boncel pun menerima pekerjaan tersebut dengan senang hati. Beberapa waktu lamanya Boncel bekerja sebagai penyabit rumput. Suatu ketika Boncel merasa bosan dengan pekerjaannya tersebut. Ia pun memutuskan untuk berhenti bekerja dan meneruskan perjalanannya untuk mencari pekerjaan yang lebih layak dan mampu mengubah kehidupannya. Dari pekerjaan pertamanya tersebut ia memiliki pengalaman sebagai penyabit rumput.

 

Tahap Utama

Dalam perjalanannya mencari pekerjaan yang lebih baik, Boncel tiba di suatu kampung. Karena kemalaman dan tidak mempunyai tempat untuk berteduh, Boncel akhirnya terpaksa tidur di emperan sebuah rumah yang ternyata milik seorang juru tulis. Ketika memergoki Boncel yang tertidur di teras rumahnya, Alih-alih diusir, Boncel malah ditawari pekerjaan sebagai penyabit rumput untuk makanan kuda sang juru tulis. Boncel menerima pekerjaan tersebut. Di sela-sela pekerjaannya, Boncel belajar membaca dan menulis kepada anak sang juru tulis. Karena terkesan dengan hasil pekerjaannya dan mulai terlihat kepandaiannya dalam membaca dan menulis, Juru tulis kemudian mengajak Boncel untuk bekerja di kedaleman sebagai patih. Karena kecakapannya, karier Boncel menanjak sampai akhirnya ia diangkat menjadi seorang dalem.

 

Tahap Kegemilangan

Sebagai seorang dalem, Boncel hidup dalam kecukupan. Ia memiliki pengawal yang siap diperintah kapan pun. Sampai suatu ketika, Ia kedatangan tamu. Tamu tersebut mengaku sebagai orangtuanya yang merasa kehilangan anaknya dan berusaha mencari kemana-mana. Sampai suatu ketika mereka mendengar kabar bahwa nama Boncel ada di suatu tempat di Banten dan telah menjadi seorang dalem. Dalam hati kecilnya, Boncel memang mengakui bahwa tamu tersebut adalah memang kedua orangtuanya. Namun, karena perasaan malu memiliki orang tua yang terlihat lusuh dan melarat, Boncel tidak mengakui mereka sebagai orang tuanya dan menyuruh hulubalang untuk mengusir mereka.

 

Situasi Akhir

Kedua orang tua Boncel sangat sedih dan sakit hati menerima perlakuan anaknya tersebut. Dalam hatinya, mereka menjerit. Adapun Boncel, sepeninggal kedua orang tuanya, ia jatuh sakit sampai akhirnya meninggal dunia.

Berdasarkan struktur fungsional tersebut, alur cerita tidak berhenti sampai dengan keberhasilan tokoh utama dalam menggapai keinginannya. Cerita dilanjutkan dengan akibat yang terjadi ketika tokoh utama lupa diri dan durhaka kepada orang tuanya, yaitu jatuh sakit kemudian meninggal dunia.

Jika dimasukkan ke dalam tabel, model fungsional cerita “Dalem Boncel” secara skematik akan tersaji seperti berikut ini.

 

Tabel 1. Model Fungsional Cerita “Dalem Boncel”

model fungsionalMotif Cerita

Dalam beberapa penelitian terhadap cerita “Dalem Boncel” maupun cerita yang sejenis, seringkali kita mengambil kesimpulan bahwa motif yang hadir dalam cerita-cerita tersebut adalah motif anak durhaka maupun motif hukuman. Kedua motif ini menjadi kesimpulan karena dalam cerita tersebut diakhiri dengan penolakan tokoh terhadap kehadiran orang tuanya. Hal yang sama terlihat dalam cerita Dalem Boncel ini.

Akan tetapi, jika melihat bagan aktan dan struktur fungsional sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti lebih cenderung melihat banyaknya sekuen yang berbicara mengenai perjuangan tokoh utama dalam menggapai keinginannya. Jadi, alih-alih mengatakan bahwa cerita ini memiliki motif yang sama dengan cerita Malin Kundang, Sampuraga, Amat Rhang Mayang, Joko Pone, atau Si Kintan sebagaimana dituliskan oleh Astrimiati (2014), peneliti lebih memilih menggali bermacam-macam motif yang hadir dalam cerita.

Berdasarkan analisis terhadap skema aktan dan struktur fungsionalnya, peneliti menemukan sejumlah motif dalam cerita “Dalem Boncel”, yaitu motif keinginan, motif pengembaraan, motif perjuangan, motif kedurhakaan, dan motif hukuman.

Motif keinginan hadir dalam sekuen awal ketika tokoh utama memiliki keinginan untuk mengubah nasibnya. Motif pengembaraan ditemukan dalam sejumlah sekuen ketika tokoh utama mengembara ke berbagai tempat untuk mendapatkan pekerjaan. Motif perjuangan terdapat dalam beberapa sekuen ketika tokoh utama berjuang untuk mendapatkan keinginannya memperoleh pekerjaan. Motif motif durhaka terlihat di akhir cerita ketika tokoh utama tidak mengakui orang tuanya. Adapun motif hukuman ditandai dengan sakitnya tokoh utama setelah ia menolak kehadiran orang tuanya.

 

SIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan pada uraian sebelumnya, pada bagian ini akan dipaparkan sejumlah simpulan terkait penelitian terhadap cerita “Dalem Boncel”.

Pertama, analisis terhadap cerita ini yang berdasarkan aktan dan struktur fungsionalnya ditemukan fakta bahwa tokoh utama menjadikan dirinya sebagai sender (pengirim) sekaligus subjek untuk menjalankan tugas dari sender. Berdasarkan bagan aktan yang telah diuraikan tersebut terlihat bahwa receiver atau penerimaan yang diperoleh subjek memang kemudian terlaksana. Akan tetapi di dalam penerimaan tersebut sebenarnya terjadi “penyimpangan” pula oleh subjek. Dengan kata lain, cerita ini dapat pula dibuat bagan aktan lainnya yang berfokus kepada penyimpangan tersebut.

Dalam struktur fungsional, penyimpangan tersebut dapat terlihat dalam situasi akhir, yaitu ketika tokoh utama menolak kehadiran orang tuanya ketika dirinya telah menjadi seorang dalem. Situasi akhir tersebut mengakibatkan terjadinya penambahan motif. Semula motif cerita hanya bercerita mengenai perjuangan tokoh utama dalam mengubah nasibnya yang semula adalah orang yang serba kekurangan menjadi orang yang berkecukupan karena menjadi dalem. Ketika dalam situasi berkecukupan tersebut, timbul motif lain yang jika dirunut dari setiap sekuen sebelumnya tidak terlihat, yaitu motif durhaka dan motif hukuman yang saling berkaitan satu sama lain.

 

DAFTAR PUSTAKA

Suwondo, Tirto. 2003. Studi Sastra Beberapa Alternatif. Yogyakarta: Hanindita.

Disbudpar Kab. Garut. 2014. Dongeng-Dongeng Pakidulan Garut (cetakan kedua). Garut:

Disbudpar.

×

 

Hallo!

Klik kontak kami di bawah ini untuk mengobrol di WhatsApp/p>

× Apa yang bisa saya bantu?