Bahasa Makanan
Oleh Jaime Olguin
Jika Anda adalah seorang penikmat kuliner maka Anda akan mengetahui bahasa makanan. Kita semua berbicara bahasa tersebut, tetapi tidak menyadarinya. Seberapa sering Anda membaca ulusan mengenai sebuah restoran sebelum memutuskan untuk makan di restoran tersebut? Jujur, saya tidak pernah pergi ke suatu tempat untuk makan sebelum saya periksa ulasannya atau saya telah mengetahui dengan pasti bahwa tempat makan itu enak. Ketika berbicara mengenai makanan, kita biasanya menggunakan kata-kata yang kuat. Kata-kata yang kita gunakan untuk mendeskripsikan mengenai pengalaman makan di restoran dikatakan sama banyaknya antara psikologi diri kita sendiri dengan apa yang pihak tempat makan siapkan terhadap makanan yang kita pesan.
Sebuah penelitian yang telah dilakukan di Stanford dan Carnigie Mellon University, yang memeriksa 900.000 ulasan restoran dari 6.000 laman (website) restoran. Mereka menggunakan teknik pembacaan menyeluruh (banyak ulasan yang sedikit gila) dari pada menggunakan teknik linguistik komputasional, piranti lunak (software) menulis digunakan untuk menghitung secara otomatis jumlah kata, kekompleksan kata, dan jumlah berapa kali kata-kata tertentu muncul.
Peneliti menemukan bahwa jika orang-orang memberikan ulasan 1 bintang, mereka akan menggunakan kata-kata sama dengan yang digunakan oleh seseorang yang menulis mengenai tragedi, seperti korban trauma, contohnya mereka menggunakan kata “kami” dan “kita” untuk menandakan kebersamaan dan rasa sedih (Kami menunggu 15 menit sebelum seseorang mengambil pesanan kami”). Jika Anda perhatikan ulasan seperti ini hampir tidak menyebutkan makan atau atmosfirnya sama sekali. Mereka bereaksi dan menulis berdasarkan pada interaksi tatap muka yang pernah mereka alami.
Yang menarik adalah penggunaan kata-kata yang digunakan tergantung pada harga restoran, contohnya, ulasan untuk restoran yang mahal biasanya berhubungan dengan kata-kata multisilabis (bersuku kata banyak) seperti “sebanding”, “ruangan”, dan “mewah”, ulasannya biasanya panjang dan penulisnya cenderung menunjukkan dirinya berpendidikan. Ulasan positif terhadap restoran yang mahal biasanya juga cenderung menggunakan metafora atau seks dan kesenangan sensual lainnya.
Sebaliknya, ulasan positif untuk restoran yang murah juga menggunakan metafora dan kecanduan obat-obatan, kami sangat menginginkan makanan ini, kami kecanduan, dan kami tidak dapat bertahan hidup tanpanya karena kami terus-terusan merasa bersalah ketika kami makan sesuatu yang kami tahu buruk untuk kami. Mudah bagi kita untuk menyalahkan sesuatu yang lain dari pada diri kita sendiri, jadi ini adalah kesalahan kecanduan kue mangkuk, saya tidak bisa hanya makan satu.
Makanan mempunyai efek yang kuat kepada kita bukan hanya secara fisik tetapi juga secara mental. Anda dapat mendengar kata-kata yang kami ucapkan ketika kami membicarakan makana, Anda dapat melihatnya dari bahasa tubuh kami ketika kami makan. Makanan membuat kita berkumpul bersama di meja makan dan membuat kita bersalah ketika kita makan makanan cepat saji. Bahasa makanan berbicara.
Mengenai penulis
Jaime adalah seorang sopir truk Derek di perusahaan Auburn Tow Truck. Jaime sangat senang belajar bahasa Spanyol di waktu luangnya dan belajar lebih dalam mengenai bahasa. Dia juga merupakan penikmat kuliner yang suka mencoba restoran baru dan memberikan ulasan yang membangun mengenai makanannya.
Sumber: http://omniglot.com/language/articles/foodlanguage.htm
Diterjemahkan oleh Taufiq Awaludin