Soreang—Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), melalui Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat kembali menggelar kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Jenjang SD dan SMP Se-Jawa Barat dan Banten Tahun 2023. Acara diselenggarakan dalam bentuk pasanggiri yang terdiri atas tujuh mata lomba, yaitu Nembang Pupuh, Ngadongeng, Biantara (Pidato), Nulis Carpon, Maca Sajak, Maca & Nulis Aksara Sunda, dan Borangan (Ngabodor Sorangan).
Acara diselenggarakan di Sutan Raja Hotel and Convention Centre, Soreang, Kabupaten Bandung, pada Selasa (14/11) dan dihadiri oleh Penjabat (Pj.) Gubernur Jawa Barat, Bey Triadi Machmudin; Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), E. Aminudin Aziz; serta Wakil Bupati Kabupaten Bandung, Sahrul Gunawan. Selain itu, pelaksanaan FTBI tahun 2023 ini diikuti oleh sejumlah siswa SD dan SMP dengan total peserta yang hadir 787 orang.
Dalam laporannya, Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, Herawati menyampaikan FTBI merupakan tahapan akhir dari Revitalisasi Bahasa Daerah yang telah diselenggarakan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat selama tiga tahun berturut-turut. Sejak tahun 2021, acara ini digelar sebagai upaya untuk melestarikan bahasa, sastra, dan budaya Sunda.
“Pelindungan bahasa daerah, termasuk sastra di dalamnya, merupakan tanggung jawab kita bersama. Selain masyarakat pemilik bahasa dan sastra itu sendiri, pemerintah pun tentu ikut hadir dalam usaha pelindungan ini, seperti yang telah diatur dalam Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2014,” ujarnya.
Kepala Badan Bahasa, Aminudin Aziz menyebutkan bahwa tahun ini ada beberapa catatan penting dari penyelenggaraan FTBI yaitu, adanya tambahan kontingen (peserta) dari Provinsi Banten (Kabupaten Pandeglang dan Lebak) dan Provinsi Jawa Tengah yang hadir sebagai pemerhati. “Ini adalah kali kedua Provinsi Jawa Tengah hadir sebagai pemerhati. Kebahagian lainnya adalah Pengakuan dari Unesco bahwa Indonesia telah dinyatakan berhasil dalam Revitalisasi Bahasa Daerah,” tuturnya.
Tahun ini, Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) melibatkan 25 Provinsi dengan 72 bahasa daerah. Untuk tahun depan, RBD akan dilaksanakan di seluruh provinsi di Indonesia dengan 92 bahasa daerah. “Hal ini atas persetujuan Mendikbudristek,” tegas Aminudin.
Selanjutnya, Pj. Gubernur Jawa Barat, Bey Triadi Machmudin, menuturkan bahwa bahasa ibu di Indonesia kondisinya memprihatinkan karena terancam punah. Kondisi tersebut semakin parah jika bahasa ibu jarang digunakan oleh masyarakat, tidak ada kepedulian masyarakat untuk melestarikan sehingga bahasa ibu menjadi tergeser oleh bahasa lain yang lebih dominan, seperti bahasa Indonesia dan bahasa asing.
“Oleh karena itu, pengarusutamaan bahasa ibu penting dilakukan untuk melestarikan dan membumikannya agar bahasa ibu tetap eksis. Pengarusutamaan bahasa ibu ini setidaknya dapat dilakukan di tiga lingkungan yang efektif, yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat,” ujar Bey.
Ia menambahkan bahwa FTBI merupakan agenda penting dalam menggali dan merawat kecintaan bangsa terhadap bahasa Ibu. Menurutnya, bahasa ibu adalah warisan budaya yang sangat berharga bagi bangsa yang dapat memupuk kebanggaan dan keberagaman antarsesama.
“Festival ini juga bukan sekadar ajang perlombaan bagi anak-anak kita jenjang SD dan SMP, melainkan peluang untuk mengasah keterampilan berbahasa, kreativitas, dan daya imajinasi. Saya yakin setiap peserta telah menunjukkan kesungguhannya dan kerja keras yang luar biasa dalam mempersiapkan diri untuk tampil hari ini,” imbuh Bey lebih lanjut.
Dewan juri yang menilai lomba-lomba dalam FTBI ini merupakan para praktisi dan akademisi dari Lembaga Basa jeung Sastra Sunda, Yayasan Kebudayaan Rancage, Paguyuban Panglawungan Sastra Sunda, Perkumpulan Pendidik Bahasa Daerah Indonesia, Padepokan Bumi Ageung Tasikmalaya, Dewan Kesenian Kabupaten Bandung, Studio Titik Dua Ciamis, Celah-Celah Langit, dan Sanggar Sastra Purwakarta.
Selain itu, acara pembukaan FTBI di Provinsi Jawa Barat ini dimeriahkan oleh pertunjukan dari Saung Angklung Udjo, dan Yayasan Cangkurileung Mang Koko.
“Bahasa daerah adalah salah satu dari wujud kebinekaan bangsa Indonesia. Mari kita lestarikan bahasa daerah dengan cara mengembangkannya agar tetap adaptif terhadap perkembangan zaman dan terus menjadi ciri dari keindonesiaan kita. Mari, kita terus menggelorakan bahasa Sunda yang sarat dengan nilai-nilai luhur melalui Festival Tunas Bahasa Ibu,” tutup Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, Herawati.