Bandung — Bahasa daerah (Sunda) memiliki kedudukan penting untuk memperkenalkan kearifan lokal (local wisdom ) sebagai landasan etnopedagogis. Selain itu, bahasa daerah dianggap sebagai kekayaan dalam kebhineka- tunggal- ikaan bahasa dan budaya Nuasantara yang menjadi landasan pendidikan karakter bangsa. Pembelajaran bahasa daerah pun dianggap sebagai gerbang untuk menanamkan dan mempertajam nilai-nilai karakter bangsa, melatih kepekaan berpikir, olah rasa, olah karsa, serta sarana menyalurkan gagasan dan imajinasi secara kreatif. Selain itu, siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta pengalaman apresiasi dan ekspresi bahasa dan sastra, di samping meningkatkan kecerdasan logika dan retorika.
Untuk memelihara keberadaan bahasa dan sastra daerah, Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat bekerja sama dengan Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Kerja sama tersebut adalah kegiatan menyebarkan gagasan dan wawasan untuk meningkatan model-model pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah, khususnya di Provinsi Jawa Barat. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian yang awalnya adalah menyamakan persepsi dan strategi yang dilakukan secara virtual dengan perwakilan dinas pendidikan kabupaten/kota, ketua MGMP bahasa Sunda, dan guru-guru Bahasa Sunda. Tiga kali pertemuan virtual dilaksanakan, yaitu pada bulan Maret, April, dan Mei untuk membahas strategi tersebut.
Akhirnya, disepakati bahwa kegiatan ini akan dilaksanakan dalam tiga tahapan. Tahapan pertama adalah membahas konsep atau kerangka berpikir dengan pakar bahasa Sunda, dinas pendidikan kabupaten/kota, calon pengajar untuk melakukannya dalam bentuk pencerahan pemikiran, yaitu “Koordinasi Pakar, Calon Pengajar, dan Pemangku Kepentingan Bahasa dan Sastra” yang menghasilkan Pedoman Diseminasi Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Sekolah di Provinsi Jawa Barat dengan tujuh komponen, yaitu borangan (stand up comedy), pidato (biantara), menulis cerita pendek (nulis carpon), mendongeng (ngadongeng), tembang pupuh (bijil, sinom, asmarandana dsb.), membaca sajak Sunda, dan menulis aksara Sunda. Tahapan kedua diwujudkan dalam bentuk pelatihan atau praktik baik dengan program aksinya adalah “Diseminasi Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Sekolah di Provinsi Jawa Barat” untuk 1 orang dari unsur dinas pendidikan kabupaten kota, 2 guru bahasa Sunda SMP, dan 2 guru bahasa Sunda SD di 27 kabupaten/kota di Jawa Barat. Tahapan ketiga adalah melaksanakan lomba atau pasanggiri yang dilakukan di tiap-tiap dinas pendidikan kabupaten/kota yang selanjutnya adalah pasanggiri tingkat provinsi dengan tujuh komponen mata lomba.
Tujuan pelaksanaan kegiatan Diseminasi Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Sekolah di Provinsi Jawa adalah sebagai berikut:
a) memperkuat sikap (karakter), memperluas pengetahuan (wawasan), serta melatih dan mengembangkan sikap positif bagi siswa SD DAN SMP terhadap budaya Sunda melalui kegiatan pergelaran (pertunjukan) dan pasanggiri (perlombaan) bahasa, sastra, aksara Sunda;
b) melihat sekaligus bahan evaluasi awal dari hasil pembelajaran bahasa, sastra, aksara, Sunda pada jenjang SD DAN SMP;
c) Terpeliharanya bahasa, sastra, aksara Sunda pada bidang pendidikan, hususnya pada jenjang satuan pendidikan.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 14—17 September 2021di Hotel Grand Sunshine Resort and Convention Jalan Raya Soreang Nomor 6, Soreang, Kabupaten Bandung. Sasaran kegiatan ini adalah 1 perwakilan dari dinas pendidikan kabupaten/kota, 2 guru SMP, dan 2 guru SD Bahasa Sunda di kabupaten/kota Jawa Barat dengan jumlah peserta 145 orang.
Hasil yang diharapkan dalam kegitan ini adalah sebagai berikut.
1. adanya calon peserta pasanggiri wakil dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat;
2. terpilihnya Pemenang I, Pemenang II, Pemenang III, Pemenang Harapan I, Pemenang Harapan II, dan Pemenang Harapan IIII kategori putra putri untuk setiap materi pasanggiri;
3. terlaksananya kegiatan “Pasanggiri Bahasa, Sastra, Aksara Daerah” bagi siswa SD dan SMP tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2021, dan;
4. terjalinnya kemitraan antara Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat dengan unsur perguruan tinggi negeri/swasta (akademisi), organisasi kesundaan/sanggar kesenian (praktisi) dan sekolah (guru/siswa), serta masyarakat pada umumnya.
Selain itu, dalam evaluasi kemampuan peserta meningkat dari awalnya skor tertinggi 74 menjadi skor tertinggi 82 berdasarkan hasil pretes dan postes yang dilakukan. Ini menunjukkan ada perubahan kemampuan kognitif dan psikomotor yang semakin membaik.