KBBI Modern, untuk Bahasa Indonesia Maju
Medan — Berkolaborasi dengan Komisi X DPR RI, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Pusat Pengembangan dan Pelindungan (Pusbanglin) Bahasa dan Sastra, kembali menggelar Diseminasi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kegiatan diseminasi kali ini dilaksanakan di Medan, Sumatra Utara. Kegiatan yang diikuti oleh 100 pelaku pendidikan pengguna KBBI di Sumatra Utara ini merupakan salah satu upaya Badan Bahasa dalam menjaga muruah bahasa Indonesia melalui peningkatan mutu dan pemodernan KBBI.
KBBI merupakan salah satu produk unggulan yang mendukung terlaksananya misi Badan Bahasa, yakni mewujudkan literasi kebahasaan dan kesastraan, mewujudkan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional, mewujudkan kelestarian bahasa daerah, serta mengoptimalkan tata kelola Badan Bahasa.
Kepala Pusat Penguatan dan Pemberdayaan Bahasa, Iwa Lukmana, menyampaikan bahwa KBBI bukanlah hal baru bagi masyarakat. KBBI sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Untuk itu, Badan Bahasa terus melakukan kerja sama dengan berbagai pihak untuk mengembangkan KBBI. Saat ini, Badan Bahasa telah bekerja sama dengan Oxford University untuk memutakhirkan aplikasi KBBI yang modern. “Kamus yang modern mencerminkan bangsa yang modern. Semakin modern kamus, semakin modern bahasa tersebut,” ungkapnya.
Senada dengan itu, Kepala Balai Bahasa Provinsi Sumatra Utara, Hidayat Widiyanto, menyampaikan, “Diseminasi ini bertujuan untuk lebih memasyarakatkan KBBI sekaligus sebagai bentuk jaringan kemitraan dengan Komisi X DPR RI yang selalu mendukung program-program Badan Bahasa.”
Dalam mewujudkan KBBI yang modern, Badan Bahasa mengajak masyarakat untuk turut serta merespons dengan cara urun daya, untuk mengusulkan entri baru atau memperbaiki makna entri yang sudah ada. Hal ini dijelaskan oleh Amat Triatna, Widyabasa Ahli Muda yang dalam kesehariannya bertugas mengembangkan KBBI di Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional (KKLP) Perkamusan dan Peristilahan, Pusbanglin. Untuk mengusulkan entri, masyarakat harus menjadi pengguna terdaftar di laman kbbi.kemdikbud.go.id. Pada laman tersebut, pengguna dapat mengajukan entri yang kemudian akan divalidasi oleh tim redaksi KBBI. Apabila sudah tervalidasi, entri tersebut dapat masuk ke dalam KBBI.
Dalam sambutannya, Anggota Komisi X DPR RI, Sofyan Tan, berpendapat bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa yang menarik untuk dipelajari. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya negara luar yang mempelajari bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia pun berpotensi menjadi bahasa yang maju. Oleh sebab itu, Sofyan mengajak masyarakat, khususnya generasi muda, untuk bangga berbahasa Indonesia. “Kita lahir dari rahim bangsa Indonesia, sudah seharusnya kita bangga berbahasa Indonesia,” tuturnya.
“Negara kita adalah salah satu negara yang diminati untuk dikunjungi orang asing karena kekayaannya. Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan oleh mereka adalah harus bisa berbahasa Indonesia. Saat ini negara Australia, Vietnam, Burma, Thailand, dan beberapa negara lainnya sudah mempelajari bahasa Indonesia. Jangan sampai orang Indonesia tidak bangga terhadap bahasanya sendiri. Kegiatan diseminasi hari ini dilakukan untuk memperkuat kekayaan bahasa Indonesia, dengan menambah kosakata yang ada di dalam KBBI. Semakin banyak kosakata, semakin tinggi intelektual bangsa Indonesia,” sambungnya.
Pada kesempatan yang sama, Yosua P. Manullang, peserta kegiatan yang merupakan Wakil Direktur III Politeknik Unggulan Cipta Mandiri, setuju bahwa bahasa Indonesia sangat penting. Namun, sayangnya hal tersebut belum sepenuhnya diterapkan. Di kampusnya sendiri keberadaan bahasa Indonesia masih bersaing dengan bahasa Inggris.
Sementara itu, Tasya Arifiana, perwakilan mahasiswa Universitas Katolik Santo Thomas Medan, mengungkapkan bahwa keberadaan bahasa Indonesia di kampusnya sangat diutamakan. “Kami berasal dari berbagai daerah, berbagai suku, berbagai bahasa. Oleh sebab itu, kami menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi sehari-hari untuk menyatukan perbedaan tersebut,” ujarnya.
Sumber:
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi