Ki Umbara adalah namanya sebagai sastrawan, sedangkan nama sesungguhnya adalah H. Wiredja Ranusulaksana. Ia dilahirkan di Desa Bendungan, Kecamatan Lebakwangi, Kewedanaan Luragung, Kabupaten Kuningan, 10 Juli 1914. Meninggal hari Jumat, 24 Désémber 2004 di rumahnya di Jalan Buahbatu, Bandung.
Selain Moh. Ambri, Ki Umbara pun termasuk pengarang yang menulis cerpen yang bertemakan siluman. Pengarang yang lahir di Desa Bendungan, Kuningan itu, konon sedari kecil sudah menyukai hal-hal yang berbau gaib. Misalnya, ia sering tidur di kuburan, padahal menurut anggapan orang di kampungnya tempat itu merupakan sarang bangsa siluman. Selain itu, ia pun suka bertanya kepada guru mengajinya, ahli jin, atau dukun beranak. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika di dalam karya-karyanya kerap dijumpai jampi-jampi (jangjawokan) yang hidup di lingkungan masyarakatnya.
Ki Umbara mulai mengarang cerpen tentang siluman pada tahun 1963, yaitu cerpen berjudul “Kasilib” yang dimuat dalam majalah Mangle. Kemudian karyanya tersebut dianugerahi Hadiah Sastra Mangle tahun 1964. Sejak itulah, cerita tentang siluman yang ditulisnya banyak bermunculan. Cerita-cerita tentang siluman telah dibukukan dalam beberapa antologi, di antaranya Diwadalkeun Nyawa (1965), Teu Tulus Paeh Nundutan (1966), Jurig Gedong Setan (2003), dan satu lagi Harewos nu Gaib (2005).
Menurut Ajip Rosidi dalam Eundeuk-eundeukan (1998), Ki Umbara pernah menerangkan bahwa niat mengarang cerita siluman, antara lain untuk menghilangkan ketakhayulan di kalangan orang Sunda. Selain itu, ingin menanamkan keyakinan bahwa menjalankan syariat agama seperti salat, puasa, dan lain-lain merupakan kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan orang Islam. Oleh karena itu, karya-karya Ki Umbara sangat kaya dengan nilai-nilai keislaman serta mengandung amanat dakwah islamiah. Maksudnya, tentu saja mengingatkan para pembacanya bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia. Lebih mulia daripada makhluk lainnya, baik jin maupun malaikat. Dengan demikian, seharusnya manusia tidak sampai terpengaruh siluman.