Kiblat adalah penerbit yang didirikan oleh Ajip Rosidi pada tahun 2000. Secara khusus Kiblat menerbitkan buku-buku atau teks berbahasa Sunda. Latar belakang pendirian Kiblat, antara lain sudah tidak banyaknya orang yang menggunakan bahasa daerah, masyarakat dipandang kurang mengenal sastra daerah, baik karena kurang peduli maupun karena ketidaktahuannya akan keberadaan sastra daerahnya, dan kurangnya terbitan buku-buku teks acuan dan buku-buka sastra berbahasa daerah. Tidak mengherankan dengan situasi seperti itu, jika buku-buku sastra daerah sangat terpinggirkan keberadaannya.
Sementara itu, dalam industri penerbitan pun dapat dikatakan begitu jarang penerbit yang mau menerbitkan buku berbahasa daerah karena risiko tidak untung atau buku yang diterbitkan tidak laku. Situasi yang tidak menguntungkan bagi keberadaan sastra daerah inilah yang mengundang kepedulian beberapa pihak akan perlunya penerbit yang mau menerbitkan karya sastra daerah. Salah seorang di antara yang peduli terhadap bahasa dan sastra Sunda adalah Ajip Rosidi. Ia berinisiatif mendirikan penerbit Kiblat pada tahun 2000 untuk menerbitkan buku-buku ataupun teks berbahasa Sunda.
Menurut Direktur Kiblat, Rahmat Hidayat, jika tidak ada yang mau menerbitkan buku-buku berbahasa Sunda, bahasa dan sastra Sunda akan punah. Seperti yang diungkapkan Rahmat bahwa kita merasa terpanggil untuk menjadi bagian dari mata rantai penerbitan buku berbahasa Sunda sebab jika tidak bahasa Sunda akan teralienasi dengan masyarakatnya.
Dengan keberadaan penerbit Kiblat, diharapkan masyarakat dapat menikmati buku-buku berbahasa Sunda yang cukup bermutu dan tentunya khazanah sastra Sunda tetap terjaga. Buku-buku berbahasa Sunda yang pernah menjadi pemenang Rancage sebagian besar diterbitkan oleh penerbit Kiblat. Sebut saja Kembang-kembang Petingan karya Kholisoh yang menjadi pemenang Rancage pada tahun 2003, Geus Surup Bulan Purnama oleh Yous Hamdan, dan Oleh-oleh Pertempuran karya Rukmana HS. Kepedulian akan khazanah sastra Sunda tidak hanya dilakukan dengan menerbitkan buku fiksi berbahasa Sunda, tetapi juga buku nonfiksi dan kamus. Penerbit Kiblat berhasil menerbitkan kamus bahasa Sunda yang ditulis sejak tahun 1930 hingga tahun 1974 oleh Adi Brata. Penerbitan kamus ini dibilang cukup rumit karena teks aslinya yang ditulis tangan sudah tidak ada. Pembacaan dan penulisan ulang dari fotokopi teks asli pun akhirnya harus dilakukan, mengingat tulisan tangan dan ejaan oleh penulis aslinya tidak selalu dipahami oleh generasi sekarang. Bekerja sama dengan Universitas Padjadjaran, Bandung, akhirnya kamus setebal 2.000 halaman tersebut dapat diterbitkan tahun pada 2006 dengan judul Kamus Basa Sunda karya Danadibrata.
Menyadari buku sastra berbahasa Sunda tidak laris di pasaran seperti fiksi berbahasa Indonesia, Kiblat mencoba menerbitkan buku-buku yang laris di pasaran tanpa meninggalkan visi utama mereka. Salah satu buku andalan penerbit Kiblat adalah kamus tiga bahasa, yaitu Inggris-Indonesia-Sunda untuk anak-anak yang dikemas secara menarik seperti buku bergambar. Rahmat mengakui buku tersebut sangat laris di sekitar Jawa Barat. Banyak orangtua yang tertarik dengan buku ini untuk anak-anak mereka, ujar Rahmat. Selain itu, Kiblat juga menerbitkan buku-buku panduan umum dengan harapan dapat menopang usaha penerbitan hingga buku berbahasa Sunda dapat terus muncul untuk masyarakat penutur berbahasa Sunda.