Kis WS adalah penyair dan pengarang cerita pendek berbahasa Sunda yang terkemuka pada zamannya. Ia sudah menulis sejak usia 16 tahun. Sajak pertamanya dimuat dalam surat kabar Sipatahoenan, sebuah surat kabar berbahasa Sunda. Bentuk sajak yang ditulis Kis WS ketika itu belum populer di kalangan masyarakat Sunda sehingga kehadirannya tidak begitu diterima umum. Bahkan ada beberapa orang diantara mereka yang menentangnya . Mereka beranggapan bahwa sajak yang ditulis oleh Kis WS bukan bentuk sajak Sunda yang telah biasa mereka kenal yaitu bentuk sajak yang digubah dalam bentuk dangding. Pendapat mereka itu dibantah Kis WS dan tanpa menghiraukannya dia terus saja melanjutkan menulis sajak. Banyaklah sudah sajak yang telah ditulis Kis WS dan karena ketekunannya menulis sajak itulah ia disebut sabagai pelopor penulis sajak dalam bahasa Sunda.
Kis WS lahir di Ciamis, tanggal 25 Januari 1922, dengan nama Kiswa Wiriasasmita. Dalam sajak dan cerpennnya ia menggunakan nama samaran Kis WS.
Pendidikan formal yang ditempuhnya adalah HIS, sekolah dasar di masa penjajahan Belanda. Setelah tamat ia melanjutkan pendidikan ke MULO , sekolah menengah di masa penjajahan Belanda, tetapi tidak tamat.
Tahun 1939—1942 Kis WS bekerja pada mingguan Galoeh yang dipimpin oleh A. Karna Winata. Kemudian pada tahun 1941 ia pindah kerja ke Pegadaian Parapatan,Leuwi Munding. Di awal revolusi tahun 1946 ia kembali ke Ciamis menjadi kurir dan membuat plakat untuk mengobarkan semangat para pejuang disana melawan penjajahan Belanda. Tahun 1948—1965 ia bekerja di Kantor Jawatan Pertanian Ciamis. Kemudian berhenti bekerja karena harus melanjutkan usaha perdagangan tembakau pamannya. Pengalamannnya berdagang tembakau yang sering singgah di berbagai tempat seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Utara banyak mengilhami tulisan serpennya. Sambil bekerja di Kantor Jawatan Pertanian Ciamis ia pun membantu surat kabar Sipatahoenan (1951). Tahun 1952 ia nembantu mingguan Sawawa pimpinan Ikik Wiradikarta yang terbit di Tasikmalaya. Selain itu ia pun membantu surat kabar Pikiran Rakyat yang terbit di Bandung. Selama bekerja tersebut Kis WS tidak pernah berhenti untuk menulis sajak maupun cerpen yang dikirimkannnya ke berbagai media massa.
Karya tulis Kis WS baik yang berupa sajak maupun cerpen kebanyakan bertemakan gugatan terhadap rusaknya moralitas masyarakat.seperti yang terdapat dalam kumpulan cerpennya yang berjudul Mirah Delima. Hampir seluruh cerpen dalam Mirah Delima menggambarkan kemerosotan moral yang terjadi dalam masyarakat. Kis WS menyajikan temanya tersebut dalam kisah kehidupan sehari-hari. Gaya bahasa dalam karya sajaknya terkadang terasa prosais sedangkan dalam karya cerpennya terasa liris.
Keaktifan Kis WS dalam bidang sastra antara lain pernah menjadi anggota Persatuan Peminat Sastra (PPS), Badan Kebudayaan Borobudur, ketua umum Persatuan Seni Drama amateur Parahiyangan di Ciamis. Tahun 1993 Kis WS mendapat penghargaan dari Rancage, sebuah yayasan yang bergerak dalam bidang seni dan budaya di Provinsi Jawa Barat atasa jasa-jasanya terhadap perkembangan sastra Sunda Kuhususnya dalam bidang puisi.
Hasil karya Kis WS yang telah diterbitkan adalah kumpulan cerpennya yang berjudul Mirah Delima. Mirah Delima adalah kumpulan cerpen yang ditulis antara tahun 1974—1987 yang kemudian diterbitkan tahun 1992 dan diberi pengantar oleh Ajip Rosidi. Judul kumpulan cerpen tersebut diambil dari salah satu cerpen yang terdapat didalamnya. Selain Mirah Delima terdapat juga cerpen-cerpen lainnnya antara lain berjudul Jagat Geus Tibalik, Mahluk Angkasa, Jalan Anyar, Dpepende Nyonya Sengke, Ronggeng Monyet, Nu Ngaranjang Tengah Peuting, dan Menak anyar. Bahasa yang digunakan dalam kumpulan cerpennnya ini sangat puitis dan kaya akan ungkapan yang plastis.