Membaca adalah Kebutuhan Kami: Tiga Sajak Moh. Syarif Hidayat

MEMBACA ADALAH KEBUTUHAN KAMI

Membaca adalah kebutuhan kami
Mengenal dunia, merintis cita-cita
Di antara huruf yang bertebaran
Ada makna yang coba kami terjemahkan

Membaca adalah kebutuhan kami
Asupan bergizi bagi otak, agar tidak bebal menjadi anak
Belajar menerima perbedaan, belajar memahami pendapat orang
Ilmu dan pengetahuan adalah senjata untuk kecerdasan

Membaca adalah kebutuhan kami
Menyerap informasi dari segala penjuru
Memilih dan memilah adalah pekerjaan utamanya
Bacaan yang baik, masa depan cerah
Bacaan yang buruk, masa depan di ujung tanduk

Membaca adalah kebutuhan kami
Bekal untuk mengarungi hari-hari
Menembus belantara zaman yang riskan
Menyambut masa depan yang gemilang

Membaca adalah kebutuhan kami
Di sini dan di sana
Di hati dan di dalam diri
Di rumah, di sekolah, dan di mana saja

Membaca adalah kebutuhan kami
Buku adalah jendelanya
Sudahkah engkau menyediakan itu?

Indonesia, 2017

SALAM PERPISAHAN
:Melepas kepergian Ambu yang tercinta

Salam ini bukanlah salam terakhir
Dari kami
Melepas kepergian kawan sejalan
memenuhi takdir yang diguratkan

sudah waktunya engkau beristirah
dari hiruk-pikuk urusan yang kadangkala membuat gundah
terkadang membuat sakit hati
namun bisa juga membuat bahagia setiap penghuni

tidak semua keputusan melegakan
menimbang-nimbang adalah jalan aman
agar semua terwakilkan
meski pada akhirnya tetap saja ada yang nyinyir
menerima keadaan

kini waktunya engkau tak lagi duduk di belakang meja
melepas penat dengan menanam bunga
bersama kekasih tercinta
menikmati hidup yang sesungguhnya
jauh dari tetek bengek administrasi yang membuat pusing kepala
setiap hari

bebaskan fikiranmu dari semua prasangka
kami di sini baik-baik saja
kunjungi kami jika engkau suka
kami di sini akan menerima kedatanganmu dengan gembira
doakan kami dalam sujudmu
semoga kami akan tetap baik-baik saja

salam ini bukan salam terakhir
dari kami
sekadar melepas kepergian
sahabat yang selesai berjuang
kembali kepada pangkuan orang-orang tercinta
kembali ke rumah yang dirindukan
kembali menjadi manusia

tak lagi terikat dengan beban kerja
tak lagi terikat dengan aturan mesti datang pagi-pagi dan pulang sore hari
tak lagi terikat dengan mesin presensi yang minta jempol atau wajah diri
tak lagi terikat dengan tik-tok jam dinding yang selalu dinanti

kini engkau bebas melakukan hal yang paling diinginkan oleh kami
bercengkrama dengan keluarga, mengasuh anak, menata rumah,
dan menata hidup untuk lebih baik lagi

kini waktunya engkau mempersiapkan bekal perjalanan
menuju pintu yang entah kapan datangnya
tapi kita mesti siaga setiap saat

salam kami untukmu, Ambu
meskipun bukan salam yang terakhir
semoga kebersamaan kita selama ini menjadikan berkah dalam hari-harimu
semoga kehadiran kami selama ini menjadi bagian terindah dalam hidupmu
semoga engkau selalu mengenang kebaikan, bukan keburukan kami.

Selamat jalan
Semoga kebahagiaan menjadi teman sejalan
Semoga hidupmu menjadi lebih tenang
Semoga hari-harimu diliputi keberkahan
Dan semoga Yang Maha Kuasa selalu memberimu setiap permintaan
Salam.

BERSAMA KALIAN

Tiba waktunya kini kita berpisah
Menempuh jalan yang telah digariskan
Aku menyepi, meraba diri
kalian menanti, arah yang pasti

sekian purnama kita lewatkan bersama
ada duka ada tawa
ada roda nasib yang berputaran
ada yang berpegangan tangan saling menguatkan
sadar bahwa kita adalah kawan seperjalanan

kini sampai aku pada waktu yang dinanti
keluar dari lingkaran, permainan telah usai kujalani
berat rasa meninggalkan, berat hati melepas diri
kepada kalian, aku undur diri

terima kasih atas hari-hari yang menyenangkan
mohon maaf atas hari-hari yang menyebalkan
namun yakinlah, bersama kalian, aku banyak mendapat pelajaran
tentang hidup dan kehidupan, tentang rasa dan perasaan
bahwa hidup tak semata menumpuk kekayaan
bahwa rasa tak semata milik kita.

Maafkan atas semua kesalahan
Mohon maaf jika ada keteledoran
Ampunkan aku jika pernah melukai hati
Mengiris rasa, membuat duka
Saat-saat kita bersama, yang sadar
Maupun yang tidak sadar
Yang tersembunyi, maupun terang-terangan
Mohon dimaafkan.
Mohon dimaafkan.

Bandung, 31 Mei 2018
Saat menunggu waktu berbuka

Bagikan ke:

Postingan Terkait