Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah, dan Kuasai Bahasa Asing

Menuju Zona Integritas Wilayah Bebas dari Korupsi

Kontak Aduan & Layanan
082130165377
Pengaduan ULT
BERANDA Berita Informasi KEGIATAN

Parade Puisi untuk Gaza: Suara Solidaritas Sastrawan dan Budayawan Indonesia

Jakarta — Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), bekerja sama dengan Majalah Sastra Horison dan Himpunan Seni Budaya Islam (HSBI) menyelenggarakan kegiatan Parade Puisi untuk Gaza. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Sasadu, Gedung M. Tabrani, Badan Bahasa, pada Sabtu (27/7). Kegiatan ini diadakan secara hibrida dan dihadiri oleh lebih dari 100 orang sastrawan, budayawan, dan tamu undangan secara luring. Sementara itu, peserta daring menyaksikan melalui kanal Youtube Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Mengangkat tema “Solidaritas Sastrawan dan Budayawan Indonesia untuk Palestina”, kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka menyuarakan solidaritas atas situasi dan kondisi kemanusiaan di Palestina. Kegiatan ini dihadiri oleh sejumlah sastrawan, seniman, dan budayawan terkemuka yang turut membacakan puisi bertema Palestina. Beberapa nama besar yang berpartisipasi antara lain Taufiq Ismail, Putu Wijaya, Eka Budianta, Aspar Paturusi, Jose Rizal Manua, Ahmadun Yosi Herfanda, Dewi Motik Pramono, Jajang C Noer, Fadli Zon, Ratna Riantiarno, Helvy Tiana Rosa, Fatin Hamama, Linda Djalil, Clara Sinta, Abrori Jabbar, Jamal D Rahman, Sastri Sweeney, Tami, Nissa Rengganis, Riri Fitri Sari, serta sastrawan dan budayawan lainnya. Selain itu, turut hadir membacakan puisi berjudul Tanah Air Gaza, Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek, Suharti.

Kepala Badan Bahasa, E. Aminudin Aziz, dalam sambutannya mengatakan bahwa gambaran tentang Palestina adalah heroiknya perjuangan akibat penindasan Israel. Solidaritas Indonesia untuk Palestina dibangun berdasarkan kesamaan nasib sebagai negara yang pernah mengalami penjajahan.

“Ketika mendengar tentang Palestina, dunia tidak berpihak kepada mereka. Keinginan Indonesia untuk membela kemerdekaan dan memberi hak-hak bagi Palestina sesuai Pembukaan UUD 1945 bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan,” ujarnya.

Aminudin menambahkan, Indonesia telah banyak melakukan diplomasi, negosiasi, dan mengirimkan bantuan, namun, hingga kini belum ada titik terang. Kekuatan di luar jauh lebih besar daripada kekuatan Palestina. Indonesia tidak bisa berdiam diri tanpa melakukan sesuatu meskipun hanya hal-hal kecil yang kini dapat dilakukan. Mendengar Palestina harus dengan mata hati dan perasaan.

Oleh karena itu, inisiasi yang disampaikan oleh Majalah Horison dengan mengajak bekerja sama Badan Bahasa bertujuan untuk memberikan sebuah pandangan terkait hal-hal yang dirasakan oleh para sastrawan Indonesia guna menunjukkan solidaritasnya kepada warga Palestina. “Badan Bahasa menyambut baik dan berterima kasih atas insiatif ini,” ungkapnya.

Ia berharap, puisi-puisi yang disampaikan dapat membawa pesan yang mendunia dan didengar oleh masyarakat yang sadar atas nasib Palestina serta menjadi doa yang didengar oleh Allah SWT, sehingga Palestina bisa mendapatkan kemerdekaannya. “Terima kasih para sastrawan yang sudah berpartisipasi dan menyampaikan puisi-puisi dukungannya terhadap Palestina,” pungkas Aminudin sekaligus mengakhiri sambutannya.

Tujuan utama dari acara ini adalah untuk menyerukan dukungan terhadap kemerdekaan penuh bagi Palestina dan mengajak masyarakat untuk bersimpati dan berempati terhadap situasi yang terjadi di Gaza. Melalui puisi-puisi yang dibacakan, para sastrawan berharap dapat menyentuh hati masyarakat dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya solidaritas kemanusiaan. Kegiatan ini diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk peduli dan bertindak dalam memperjuangkan hak-hak kemanusiaan di Palestina.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Yayasan Majalah Horison, Fadli Zon, mengatakan bahwa hampir 40.000 jiwa telah menjadi korban karena penjajahaan Israel (70% adalah perempuan dana anak-anak). Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) sudah berkali-kali mengeluarkan resolusi, namun masih belum bisa menghentikan pembantaian atau genosida di Gaza. Sampai sekarang Indonesia seolah-olah tidak dapat berbuat apa-apa.

“Bantuan kemanusiaan dari warga Indonesia tidak dapat masuk ke wilayah Gaza. Melalui Kementerian Pertahanan, Indonesia berusaha mengirimkan 900 parasut dari udara, kapal yang memuat obat-obatan, dan lain sebagainya. Meskipun tidak efektif, lebih baik ada daripada tidak ada sama sekali” ucapnya.

Fadli Zon menyebut, sudah ada 149 negara yang mengakui negara Palestina dan kini mendukung Palestina menjadi negara anggota PBB. Semoga dalam waktu dekat Palestina dapat menjadi negara yang merdeka. Selain itu, dalam waktu dekat diharapkan makin banyak negara lain yang ikut mendukung Palestina. Indonesia adalah negara yang paling konsisten untuk tidak melakukan hubungan diplomatik dengan Israel. Hal itu merupakan konsekuesi dan komitmen Indonesia untuk menghapuskan penjajahan di atas dunia.
“Parade Puisi untuk Gaza adalah solidaritas para sastrawan dan seniman Indonesia bagi warga Gaza. Warga Indonesia tidak akan berhenti menyuarakan solidaritas sampai Palestina merdeka. Indonesia akan terus membantu perjuangan Palestina bertahan terhadap penjajahan yang tengah dihadapi,” pungkas Fadli Zon.

Turut hadir dalam kegiatan Parade Baca Puisi untuk Gaza, Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair S. M. Alshun. Dalam sambutannya ia mengapreasi negara Indonesia yang selalu bersama dan berjuang dengan Palestina. Perjuangan bukan dengan mengangkat senjata, melainkan, melalui diplomasi dan menyuarakan kemerdekaan Palestina melalui banyak organisasi dunia.
“Suara Indonesia selalu ada. Saya mewakili Palestina mengucapkan terima kasih atas solidaritas pemerintah dan masyarakat Indonesia,” imbuh Zuhair.

Zuhair menuturkan, Palestina selalu mencari kedamaian, namun krisis perang masih terjadi. Palestina memiliki hak untuk merdeka dan Yerusalem sebagai bagian penting dari Palestina pasti kembali ke pangkuan. Komunitas-komunitas internasional terus melakukan perjuangan untuk menyuarakan kemerdekaan atas Palestina.

“Sayangnya, banyak politikus yang tidak peduli dan banyak aksi demonstrasi sudah dilakukan, baik di Amerika dan Eropa. Namun, para politisinya tidak menanggapi, bahkan Presiden Amerika, Joe Biden menyatakan untuk bersama Israel,” sambungnya.
Lebih lanjut, Zuhair menilai Palestina memiliki hak untuk berjuang dan melawan sampai mendapat kemerdekaan. Tanah Palestina harus bebas dari penjajahan dan Yerusalem kembali ke naungan Palestina. “Oleh karena itu, warga Palestina akan terus berjuang sampai Palestina memperoleh kemerdekaannya atas penjajahan. Terima kasih atas dukungan Indonesia bagi Palestina,” tutup Zuhair.

Selanjutnya, Taufiq Ismail, salah satu penggagas acara ini, menekankan pentingnya menyuarakan persoalan kemanusiaan di Palestina secara terus-menerus. Parade Puisi untuk Gaza ini merupakan bagian dari upaya komunitas internasional untuk mendesak Israel agar segera mengakhiri pendudukannya di wilayah Palestina, termasuk menarik diri dari Jalur Gaza dan memulihkan wilayah-wilayah Palestina yang telah diduduki.

Puisi adalah suara kemanusiaan. Melalui puisi ini kita menyampaikan pesan perdamaian dan solidaritas kepada dunia. Kita berharap agar suara-suara ini dapat menjadi bagian dari tekanan internasional yang mendesak Israel untuk menghormati hak-hak rakyat Palestina dan mengakhiri penderitaan mereka,” ucap Taufiq.

Parade puisi ini tidak hanya menjadi wadah ekspresi bagi para sastrawan dan budayawan, tetapi juga menjadi pengingat bahwa perjuangan untuk kemerdekaan dan hak asasi manusia adalah tanggung jawab bersama. Melalui karya-karya sastra, semangat solidaritas dan perjuangan untuk keadilan dapat terus disuarakan dan dihidupkan.

Sumber:
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

×

 

Hallo!

Klik kontak kami di bawah ini untuk mengobrol di WhatsApp/p>

× Apa yang bisa saya bantu?