“Pawai Kebahasaan” dalam Gerakan Cinta Bahasa Indonesia 2016

 “Pawai Kebahasaan” dalam Gerakan Cinta Bahasa Indonesia 2016

Dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda, Balai Bahasa Jawa Barat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bekerja sama dengan Ikatan Duta Bahasa Jawa Barat menyelenggarakan Gerakan Cinta Bahasa Indonesia (GCBI) 2016. Gerakan yang dilaksanakan pada Minggu, 23 Oktober 2016 di kawasan “Hari Bebas Kendaraan Bermotor” (car free day) Dago pukul 07.00-10.00 WIB ini dibuka oleh Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum. dan Kepala Balai Bahasa Jabar, Drs. Abdul Khak, M.Hum.

Kegiatan yang berlangsung sangat meriah ini diisi dengan pawai kebahasaan yang diikuti oleh sekitar 900 orang peserta dari Duta Bahasa Jabar, Forum Bahasa Media Massa, berbagai komunitas, mojang jajaka kota dan kabupaten se-Jabar, mahasiswa, pelajar, perwakilan guru dan sekolah se-Jabar, serta 50 peserta terpilih dari sayembara swafoto penggunaan bahasa negara melalui media sosial Instagram yang telah dilaksanakan pada awal Oktober 2016.

"Pawai Kebahasaan" dalam Gerakan Cinta Bahasa Indonesia (GCBI) 2016 di kawasan “Hari Bebas Kendaraan Bermotor” (car free day) Dago Bandung, 23 Oktober 2016.
“Pawai Kebahasaan” dalam Gerakan Cinta Bahasa Indonesia (GCBI) 2016 di kawasan “Hari Bebas Kendaraan Bermotor” (car free day) Dago Bandung, 23 Oktober 2016.

Dalam pawai kebahasaan yang di mulai dari depan gerai GLOW sampai Jalan Cikapayang tersebut, para peserta mengajak masyarakat untuk mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia melalui slogan yang tertulis dalam kain rentang. Selain itu, para peserta juga membagikan ratusan stiker pengindonesiaan istilah asing kepada masyarakat. Beberapa pertunjukan kesenian dan penampilan musik dari para alumnus Duta Bahasa Jabar pun turut memeriahkan acara.

Taufik Awaludin, salah seorang panitia kegiatan, mengatakan bahwa saat ini ruang-ruang publik kita seperti jalan raya, hotel, pusat perbelanjaan, perkantoran, rumah makan, dan tempat wisata telah dipenuhi oleh papan nama dan berbagai informasi yang menggunakan bahasa asing. Akibatnya, bahasa negara yaitu bahasa Indonesia terpinggirkan, bahkan terbuang. Bahasa Indonesia tidak bermartabat lagi di mata penuturnya sendiri.

Lebih jauh Topik mengatakan bahwa kegiatan yang bertema “Pemartabatan Bahasa Negara di Ruang Publik melalui Budaya Literasi” ini merupakan salah satu upaya memartabatkan bahasa negara. “Upaya pemartabatan bahasa negara hanya akan berhasil jika kita bangsa Indonesia dari berbagai pemangku kepentingan, sungguh-sungguh berusaha bersama mewujudkan niat baik ini. Mudah-mudahan bahasa Indonesia yang lahir jauh sebelum Republik Indonesia ini ada tetap  menjadi perekat bangsa dan bermartabat di mata penuturnya”, kata Taufik.

Bagikan ke:

Postingan Terkait