PEJALAN YANG TABAH: TIGA PUISI M. ROMYAN FAUZAN

Pejalan yang Tabah

Wahai pencinta yang mewangikan segala suara di setiap waktu ke seluruh penjuru, apa yang lebih menakutkan dari nada-nada sumbang yang terngiang di telinga, bagaimana aku bisa bersembunyi dari ingatan yang menyanyikan lagu lama?

Wahai pemilik segala penerimaan, apa yang lebih letih dari pejalan yang bersedih, tertatih di padang ilalang, terjatuh di jalan berlubang, terjungkal di curam pendakian, dan ia terus berjalan hanya untuk meraih keinginan?

Wahai engkau yang selalu merayakan malam-malam dengan kata-kata yang menyakitiku. Bagaimana menghapus kisah perih yang ditulis dengan darah sendiri, sedang segala yang kulakukan terus saja mengingkari hati?

2017

Tak Ada Lagi Puisi Untukmu

Udara di sini tak segigil matamu, dinding-dinding kamar ini jalan buntu. Tak ada angin lalu di celah jendela agar kutiitip ingatanku di situ. Tak bisa keluar karena pintu terkunci, sedang kunci pintu kau bawa jauh.

Malam menitipkan ragu antara diam atau pergi. Meski ragu adalah jalan menuju keyakinan, apa yang harus kulakukan ketika pintu telah terkunci? Ke mana harus pergi jika satu-satunya jalan adalah masa lalu?

Tak ada lagi pilihan untukku, diam adalah puncak segala kata-kata dan ingatan diciptakan bagi orang-orang yang dilupakan. Takkan pula kuucapkan selamat bagi yang meninggalkan, sebab tak ada perayaan bagi yang menanggalkan.

2017-2018

Kata-Kata

Apakah hal buruk bisa menjadi baik
dengan kata-kata?
Atau bahkan kata-kata malah
memperburuk segala hal baik yang
tak perlu kata-kata?

Baik adalah kata, namun tak bisa
mengganti buruk sebagai kata.

Kapan orang baik harus berkata-kata?
Kapan orang buruk harus berkata-kata?
Apakah kata mengenal kapan?
Lalu sampai kapan air laut asin rasanya?
Sampai tak ada lagi yang merasakannya.

2016


Biodata Penulis:

M. Romyan Fauzan (Uyan), Pengajar Sastra Indonesia di UIN Bandung dan di MA Al-Fatah Cikembang Kec. Kertasari, Kab. Bandung. Hobi membaca dan menulis. Penikmat Bahasa dan Sastra Indonesia. Berkegiatan di Majelis Sastra Bandung, Komunitas Jendela Kata Kita, Komunitas Malaikat, dan Laskar Panggung Bandung. Buku yang memuat tulisannya adalah Bandung Ibukota Asia-Afrika, Riksa Bahasa V, Antologi puisi yang memuat tulisannya Di Kamar Mandi (62 Penyair Jawabarat Terkini), Jejak Sajak, Senyawa Kata Kita, Wirid Angin, Semar Gugat, Sauh Seloko (Pertemuan Penyair Nusantara VI), Festival Sastra Pawon, MPU Kota Kuburan, dll. Tulisannya dimuat di harian Media Indonesia, Pikiran Rakyat, Majalah Naordnik, Jurnal Sastra Digital, KalaNews.com, Panditfootball, dll. Menyunting beberapa buku kumpulan puisi dan cerpen. Selain mengikuti berbagai kegiatan kesenian, juga mengikuti berbagai seminar bahasa dan budaya. Pemakalah seminar Internasional Forum Bahasa Ilmiah UPI.

Postingan Terkait