Pemelajar BIPA Asal Tiongkok Belajar Bahasa Daerah
Pangandaran—Sebagai upaya menumbuhkan rasa cinta terhadap bahasa dan sastra daerah Sunda terutama pada generasi muda, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, menggelar kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI).
Kegiatan tersebut menjadi gaung seluruh rangkaian kegiatan revitalisasi bahasa daerah yang telah dilakukan, mulai dari persiapan (analisis kebutuhan dan survei), koordinasi dengan para pemangku kepentingan di pemerintah daerah, penyusunan materi, pelatihan guru master, pengajaran bahasa daerah kepada siswa hingga pemantauan. Pada kesempatan ini, siswa-siswi tingkat SD dan SMP hadir sebagai peserta. Termasuk tiga orang pemelajar program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) asal Irak, Tingkok, dan Jepang.
Mereka unjuk kebolehan dalam bernyanyi, berpidato, dan berpuisi dalam bahasa Sunda. Tao Lili, pemelajar dari Tiongkok yang saat itu berpuisi mengungkapkan bahwa dirinya merasa senang dapat hadir pada kegiatan yang kental dengan suasana Sunda. “Semua aktivitas berbahasa Sunda serta mengingatkan saya akan kekayaan budaya Indonesia. Kepada generasi muda, saya berpesan teruslah mencintai budaya sendiri, khususnya bahasa Sunda karena bahasa adalah identitas diri dan warisan luhur yang harus dijaga,” ucap wanita yang tengah menempuh pendidikan S2 di UPI Bandung ini, pada Rabu (30/11) di Pantai Indah Resort Hotel, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat.
Aminudin Aziz, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) saat membuka kegiatan tersebut mengungkapkan bahwa FTBI sengaja diluncurkan dan dirancang sebagai sarana apresiasi bagi generasi muda untuk melestarikan bahasa daerah. Ia mengaku sangat bersyukur karena kebijakan revitalisasi bahasa daerah mendapat sambutan positif di berbagai daerah terutama generasi muda, pemerinta daerah (pemda) setempat, dan masyarakat.
“Saya sangat mengapresiasi generasi muda yang ikut serta dalam melestarikan bahasa daerah, program revitalisasi bahasa daerah ini, telah mampu menggetarkan semangat bagi kaum muda. Saya pastikan, program ini akan terus berlanjut. Terima kasih atas dukungan masyarakat dan pemerintah,” ungkapnya.
Dukungan disampaikan revitalisasi bahasa daerah diungkapkan oleh Jeje Wiradinata, Bupati Kabupaten Pangandaran. Menurutnya, pengembangan bahasa dan sastra Sunda adalah wujud dari karakter orang Sunda. Ia sangat bersyukur kurikulum Merdeka Belajar membuat anak-anak semangat dan memiliki peluang tinggi untuk mempelajari budaya Sunda.
“Ini harus terus dijaga agar seluruh lapisan masyarakat memahami pola hidup orang Sunda. FTBI menjadikan generasi muda mencintai budaya sebagai orang Sunda. Program ini sangat baik, semoga terus berlanjut,” harapnya.
Sementara itu, Syarifuddin, Kepala Balai Bahasa Jawa Barat mengungkapkan, untuk mendukung revitalisasi bahasa daerah di wilayah tersebut, pihaknya telah mengembangkan sebuah aplikasi Sirungbasa yang menyajikan data-data akurat tentang bahasa daerah di Jawa Barat. Dengan demikian, masyarakat dapat melihat perkembangan bahasa daerah secara lengkap.
“Antusias masyarakat sangat tinggi dalam mendukung program RDB. Hal ini dibuktikan dari jumlah peserta yang melebihi target yakni lebih dari 2 juta orang. Saya berharap data tersebut akan terus bertambah sebagai bukti kecintaan masyarakat terhadap bahasanya,” ujar Syarifuddin.
Sebelumnya, revitalisasi bahasa daerah ini telah resmi diluncurkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) pada 22 Februari 2022 lalu, sebagai Merdeka Belajar Episode ke-17 dengan tema Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD). RBD diluncurkan bertujuan untuk menggelorakan kembali penggunaan bahasa daerah dalam berbagai ranah kehidupan sehari-hari dan untuk meningkatkan jumlah penutur muda bahasa daerah dengan berbasis sekolah. Upaya melindungi bahasa daerah dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pemetaan vitalitas bahasa, konservasi, revitalisasi, serta registrasi bahasa dan sastra.
Sumber:
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi