Seminar Internasional Bahasa Ibu (SIBI) tahun 2016 dilaksanakan Balai Bahasa Jawa Barat 4—5 Oktober 2016, di Hotel Grand Tjokro, Jalan Cihampelas Nomor 211—217 Bandung. Dalam seminar yang dilaksanakan untuk memperingati Hari Ibu ini, ditampilkan lima orang pemakalah utama: (1) Prof. Dr. H. Dadang Sunendar, M.Hum. (Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), (2) Prof. Dr. Hj. T. Fatimah Djajasudarma (Guru Besar Unpad), (3) Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, D.E.A. (Guru Besar Unpad), (4) Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra, M.A., M.Phil. (Guru Besar UGM), dan (5) Antariksawan Jusuf (Penulis/Pemerhati bahasa daerah).
Drs. Abdul Khak, M.Hum, dalam laporannya mengatakan bahwa SIBI adalah kegiatan rutin Balai Bahasa Jawa Barat sejak tahun 2006. Abdul Khak berharap SIBI dapat dijadikan ajang bertukar keilmuan dan informasi baru yang berkaitan dengan bahasa dan sastra.
Peserta SIBI 2016 sebanyak 200 orang yang terdiri atas 152 orang pemakalah dan 48 orang peserta. Pemakalah dan peserta SIBI 2016 berasal dari 36 Perguruan tiggi, 2 sekolah, 14 instansi, dan tamu undangan khusus BIPA dari Banglades, Australia, serta Rusia. “Sasaran SIBI adalah khusus para ilmuwan dan kami berharap ke depan semua peserta sekaligus sebagai pemakalah sehingga jumlah pemakalah menjadi lebih banyak”, kata Abdul Khak.
Dalam SIBI 2016 yang bertema “Bahasa Ibu sebagai Sumber Budaya Literasi” ini, Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, D.E.A., salah seorang pemakalah utama, mengatakan bahwa dalam rangka pemertahanan bahasa suku bangsa (ibu), perlu langkah operasional yang lebih terperinci, komprehensif, dan mengikat agar dalam setiap seminar atau kongres kita tidak hanya berwacana solusi.
Sementara itu, Ariyanti, S.S., Ketua Panitia SIBI 2016, mengatakan bahwa SIBI 2016 merupakan ajang pertemuan para peneliti, pemerhati, dan penggiat bahasa ibu yang menaruh perhatian pada masalah kebahasaan, terutama masalah pembangunan budaya literasi dalam bahasa ibu di Indonesia. “Kegiatan ini mencoba mengakomodasi perkembangan, permasalahan, dan solusi dalam membangun budaya literasi di berbagai daerah di Indonesia”, Kata Ariyanti.