PUISI-PUISI ADYTIA NUGRAHA
SAJAK POTRET SURAM
Seorang anak memekik pilu dalam tangisan
Di sudut Jalan Dipati Ukur yang redup
Ia tampak lapar, hatinya lusuh, dan ingusan
Ia hampa hangat di antara waktu, ruang, dan deru deram mesin
Krik, krik, krik adalah kidung yang semakin memukuli sukmanya
Ia tampak payah namun tak kalah
Ia hidup dan besar di jalan bermodalkan gitar usang
Keadaan membuatnya benar-benar semakin liar
Ia hanya akan terhenti jika sirine wiw wiw wiw menghampiri
Ia diguncang malang; ia ajuk orang tuanya memeluk erat
(7 September 2016)
ENIGMA
Sasar bingar
Deru himpit batasi sepi
Di antara langkah dan detak detik jam
Waktu kehilangan gulirnya
Urung sendu kadang hanya sebatas ajuk
Dalam alur hidupku tumbuh debu
Dalam alir darahku hanyut bisu
Waktu berjalan terus tergopoh
Tak terasa sang waktu kian menua
Akan kucukupi segera!
(8 September 2016)
KEPADA SANG PENGANTAR ILMU
Pada helai dan baris buku
Kutautkan namamu dalam guratan pena
Tuturmu berderet rapi di sukma
Takkan kulupa
Ketulusanmu tak pernah habis
Jasamu takkan pernah terhapus waktu
Kadang pilu dera kalbu
Namun kaulah tenang embun
Untaian sajak ini takkan lapuk ditelan usia
Biarlah jadi untaian doa-doaku
Sebagai tanda jasa-jasamu
(10 Desember 2016)