Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah, dan Kuasai Bahasa Asing

Menuju Zona Integritas Wilayah Bebas dari Korupsi

Kontak Aduan & Layanan
082130165377
Pengaduan ULT
Puisi

PUISI-PUISI HUSEN ARIFIN

Sepasang Mata yang Tua

 

sepasang mata yang tua

masih mengaji di subuhNya

meski orang-orang memeluk nyenyak

hingga kokok ayam tak terdengar sejenak

 

sepasang mata yang tua

adalah hamba dhoif dan fana

maka tak ada upaya

lari dari rokaat-rokaat wajibNya

 

sepasang mata yang tua

mencari syafaat bukan khianat

dan sesalnya pada dosa

 

seharusnya malu jika menjadi tua

sekadar menanam pohon muda

pemilik sepasang mata yang tua

sungguh hamba tak sempurna

 

tapi belajar menunaikan

belajar menuntaskan

dari sisa waktu tersediakan

 

Bandung, 2016

 

 

Bersepeda ke Cisaranten

 

temuilah dia

sedang melukismu

sembari melantun dendang rindu

 

waktu seperti kapas

terbang dan hilang

engkau melontar ingin

menunaikan kebahagiaan

 

engkau bersepeda

di pagi yang ramai

oleh kegelisahan-kegelisahan

bertubi-tubi tanpa ujung

 

jiwamu menyerapi wangi

parfumnya melekat di antara

roda dan sepatu

 

ketika engkau hampir sampai

dia sudah terbang sendiri

ke langit tak kembali

 

Bandung, 2016

 

 

Kebun Ibu

 

bersandar atau bersemedi itu

jalan menuju kesunyian hakiki

di kebun ibu yang beraroma puisi

 

temaram dan sejuk melintasi

kesempurnaan hati

menggeliatlah sebelum pergi

 

di sini aku menemukan jalan

surga paling terang penuh cahaya

walau ibu tak menyalakan lampu

 

hanya doa-doanya menjelma

kunang-kunang seribu miliar

sungguh aku bahagia di masa

kecilku, masa tanpa gejolak duka

 

Bandung, 2016

 

Biodata Penyair:

husen arifinHusen Arifin, lahir di Probolinggo 28 Januari 1989. Pelaksana LPPM Politeknik Al Islam Bandung. Karya-karyanya dimuat dalam kumpulan puisi dan cerpen bersama: 100 Puisi Terbaik Indonesia-Tionghoa (INTI) DKI (2007), Antologi Puisi Festival Bulan Purnama Trowulan (2010), Menolak Lupa (2010), Akar Jejak (2010), Antologi Puisi Kasih-Tanah Air Udara (2010), Karena Aku Tak Lahir Dari Batu (2011), Akulah Musi (2011), Tuah Tara No Ate (2011), Penyair Memburu Matahari (2011), Pukau Kampung Semaka (2011), Barisan Hujan (2011), Lelaki yang Dibeli (2011), dan Narasi Tembuni (2012). Pernah meraih penghargaan dalam Lomba Cerpen Tingkat Nasional IPB (2011), Lomba Cerpen Islami Se-Jawa Timur di ITS (2011). Buku Kumpulan Cerpen yang terbit, Lampion (2014). Sekarang tinggal di Bandung.

 

 

×

 

Hallo!

Klik kontak kami di bawah ini untuk mengobrol di WhatsApp/p>

× Apa yang bisa kami bantu?