Puisi-Puisi Yunita Indriani

Pembekalan Sebelum Ujian

Aku bukan guru
Yang takut kalau engkau
Menjadi orang tanpa gelarmu

Tidak ada kemenangan
Sejati ketika engkau melawan
Kemunafikan dan kesombongan

Bekalmu sebelum ujian
Jangan mencari jawaban
Ingatlah pada Tuhan

Selesaikan, tidak selamanya
Ujian itu cobaan, anakku!

Bandung, 2018

Sekolah Cahaya

Berbeda dari ruang gelap
Di sini aku sangat siap
Menjadi siswa penuh harap
Prestasi selalu kudekap

Tidak bosan kumasuki
Ruang cahaya laksana matahari
Aku menari dan bernyanyi
Ternyata aku alpa
Bahwa jam pulang lewat tak terasa

Aku bahagia di sini
Sekolahku abadi, doaku tiap hari

Bandung, 2018

Kereta Malam di Kiaracondong

Di kaca kereta
Orang-orang tidur dalam mimpinya
Aku menggunting sayapku

Aku terdiam di ujung kursi dan murung
Tidak ada suasana yang sejuk
Hanya lewat pohon besar, gelap
Lebih sunyi dari kesendirian
Tanpa obrolan kecil
Tanpa musik dan pelayan
Sekadar menawarkan bantal sandaran

Aku menginap di sini
Hujan menerjemahkan sepi
Laju kereta seperti waktu memburuku

Bandung, 2018

Hujan di Rancaekek

Bahwa air hujan adalah airmata
Dari pekerja seperti mereka
Mereka yang tenggelam harapannya
Dan siap-siap menikmati pagi buta
Tanpa suara-suara mesin
Tetapi tangis yang sering

Malam tak perlu siang juga ambigu
Mereka hanya memutar lagu
Dangdut lalu pergi ke toko ibu
Beras dan kecap dan telur
Adalah teman pengantar tidur

Kemana mereka mencari
Kerja untuk tungku yang abadi
Lalu siapa yang mereka harap lagi
Seandainya anak sekolah berhenti
Uang jajan diminta berkali-kali
Istri dan suami bertengkar setiap pagi

Bandung, 2018

Biodata Penulis;
Yunita Indriani, lahir di Bandung, 22 Juni 1988. Karya puisi pernah dimuat di Pikiran Rakyat, Indopos, Tabloid Bali, Majalah Cakra. Antologi puisi bersama antara lain, Bersama Gerimis (Majelis Sastra Bandung, 2010), Nun (Indopos, 2015). Sekarang aktif mengajar sebagai Guru SDN Cangkuang 01 Rancaekek Kabupaten Bandung.

Bagikan ke:

Postingan Terkait