Semarak Kemah Literasi Jawa Barat 2019
Bunyi kohkol (kentungan) menandai secara resmi dimulainya kegiatan Kemah Literasi Jawa Barat (KLJB) 2019 di Bumi Perkemahan Kiara Payung Jatinangor, Sumedang, Jumat sore, 15 November 2019. Para ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) kabupaten/kota di Jawa Barat, perwakilan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang dan Balai Bahasa Jawa Barat, serta perwakilan peserta dari luar wilayah Jabar secara serempak memukul kentungan di panggung utama sebagai pembuka kegiatan yang diprakarsai oleh FTBM Jabar ini.
Ketua Pelaksana KLJB 2019, Aam Siti Aminah, di Kiara Payung mengatakan bahwa Kemah Literasi yang diselenggarakan untuk kedua kalinya ini merupakan wahana para pegiat literasi dan pengelola TBM di seluruh Indonesia untuk berkumpul, berbagi ilmu, dan berbagi pengalaman. Sementara itu, Ketua FTBM Jabar, Opik, dalam sambutannya berharap agar kegiatan Kemah Literasi dapat berdampak secara multiefek dari tujuan awal, yaitu dapat berdampak pada sisi ekonomi, sosial, pariwisata, dan tukar budaya.
Opik menyebutkan bahwa Kemah Literasi merupakan hasil dari salah satu rekomendasi pertemuan para pegiat literasi Jawa Barat pada Kemah Literasi tahun 2017. Hasil dari pertemuan tersebut di antaranya perlu secara berkala diagendakan semacam jambore atau temu pegiat literasi dalam lingkup Jawa Barat sekaligus nasional. Akhirnya, kegiatan Kemah Literasi Jabar 2019 ini dapat digelar. “Untuk penyelenggaraan Kemah Literasi 2019 ini, panitia mendapat bantuan dari Bindiktara Dirjen PAUD Dikmas Kemendikbud RI, Pemerintah Kabupaten Sumedang, serta beberapa pihak lainnya” kata Opik.
Lebih lanjut Opik mengungkapkan bahwa tujuan umum KLJB 2019 ini adalah selain untuk menjalin tali silaturahmi antarpengelola dan pegiat TBM, juga untuk menumbuhkan TBM-TBM baru atau gerakan-gerakan literasi lainnya. Selain itu, KLJB 2019 ini juga bertujuan untuk mengampanyekan enam literasi dasar dan kecakapan yang sangat diperlukan pada abad XXI. Secara khusus, maksud dan tujuan KLJB 2019 adalah untuk menyinergikan kegiatan-kegiatan literasi yang ada. Hal itu perlu dilakukan karena menurut Opik kalau kegiatan literasi berjalan sendiri-sendiri, seakan terasa terpisah-pisah, fragmentasi, dan segmented sehingga gerakan literasi tidak akan maju-maju. “Kegiatan ini juga bisa dijadikan sebagai ruang untuk dapat berbagi ide dan tukar pengalaman, serta menambah pengetahuan baru bagi para pegiat literasi” kata Opik.
Dalam KLJB 2019 Opik juga memberikan pengantar tentang esensi dari TBM, Opik menginformasikan bahwa saat ini di Jawa Barat ada sekitar 579 TBM yang sudah terdata. Opik yang juga pendiri TBM “Komunitas Ngejah” di Garut, mengungkapkan bahwa di dalam TBM itu sebenarnya tidak sekadar gerakan baca-tulis atau meminjamkan buku. Ada enam kemampuan literasi dasar yang harus dikembangkan, yaitu literasi baca-tulis, sains, digital, budaya & kekeluargaan, finansial, dan numerik (berhitung). Oleh karena itu, dalam TBM dapat juga dilengkapi dengan pelatihan-pelatihan komputer, desain grafis, lterasi budaya dan kekeluargaan, bahkan sampai berkembang dengan adanya bentuk koperasi. Menurut Opik, jika TBM sekadar menjajakan buku, tidak akan efektif. TBM harus ada kegiatan kreatif di dalamnya.
Opik juga mengungkapkan bahwa kini TBM sudah menjadi idola sebagai ruang pendidikan alternatif, tidak sekadar tempat membaca. Di TBM “Komunitas Ngejah” yang dikelolanya, Opik menginformasikan bahwa ibu-ibu posyandu dan pemuda karang taruna di wilayahnya kerap berdiskusi di taman baca miliknya. Bahkan, ke depan Opik berharap informasi tentang desa ada di taman baca.
Menurut Opik, kehadiran TBM sangatlah pening dalam menunjang pendidikan. Beliau mencontohkan kemajuan pendidikan di negara Finlandia bukan karena kurikulumnya yang hebat, tetapi karena tersedia komunitas di masyarakat dan tersebarnya perpustakaan di pelosok desa. “Saya pikir TBM akan menjadi salah satu solusi dari berbagai masalah pendidikan, tetapi catatannya harus ada kolaborasi dan bekerja sama. Saya berharap, selepas dari kegiatan ini para peserta bersemangat untuk mendirikan TBM”, kata Opik.
KLJB 2019 merupakan hajatan besar literasi yang mendapat dukungan besar dari pemerintah daerah. Bupati Sumedang, H. Dony Ahmad Munir, yang hadir di Bumi Perkemahan Kiara Payung sesaat setelah KLJB secara resmi di buka, dalam sambutannya mengatakan bahwa Kemah Literasi 2019 ini dapat menjadi wahana untuk silaturahmi para pegiat literasi dan pengurus TBM di seluruh Indonesia. Bupati mengungkapkan bahwa dalam kegiatan ini dapat saling berbagi ide, gagasan, pengalaman, dan masukan dalam memajukan taman bacaan untuk meningkatkan literasi di tempatnya masing-masing. ”Mudah-mudahan hasil dari kegiatan ini ada kesamaan visi, persepsi, dan langkah ke depan dalam membuat format yang tepat untuk meningkatkan minat baca di Indonesia” kata Dony. Bupati mengatakan bahwa hal tersebut sangat penting dilakukan mengingat keprihatinan akan rendahnya minat baca masyarakat kita.
Sementara itu, Agus Wahidin, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang, yang juga hadir di Kiara Payung sangat mengapresiasi kegiatan Kemah Literasi. Menurutnya, para pegiat literasi dan Forum TBM harus menjadi pelaku dalam pendidikan masyarakat demi kemajuan bangsa.
KLJB 2019 yang berlangsung selama tiga hari dua malam (15–17 November 2019) ini berlangsung sangat meriah dengan diikuti oleh lebih dari 250 peserta yang berasal dari 11 provinsi. Para peserta berasal dari pengelola TBM, pengelola perpustakaan, penulis, seniman, pegiat literasi sekolah, mahasiswa, dosen, dan masyarakat umum. Peserta KLJB 2019 selain berasal dari wilayah Jawa Barat seperti Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, Sumedang, Subang, Garut, Sukabumi, Bekasi, Purwakarta, Pangandaran, Ciamis, Tasikmalaya, dan Karawang, di antaranya diikuti juga oleh peserta yang berasal dari Aceh, Riau, Jambi, Maluku, Jogjakarta, Banten, Jakarta, dan Malang.
Teza, salah seorang peserta asal Aceh yang saat ini berprofesi sebagai pengajar di SD Gemilang Mutafannin Bandung Barat, sangat antusias mengikuti KLJB 2019. Teza mengungkapkan bahwa banyak manfaat yang dapat diaambil dari kegiatan KLJB 2019. Kegiatan kemah literasi ini menjadi wadah untuk mencari jejaring dengan pegiat-pegiat atau orang-orang yang peduli literasi dalam melakukan gerakan literasi yang dikelolanya. “Ilmu-ilmu yang didapat di kemah literasi ini juga dapat mematangkan ilmu yang saya miliki”, kata lelaki yang baru enam bulan tinggal di Bandung Barat ini. Lelaki lajang yang di tempat kelahirannya memiliki sekolah non-formal untuk anak-anak jalanan dan anak terminal ini pun mengaku sangat tertarik untuk mendirikan TBM karena di tempat kediamannya sekarang cukup banyak buku yang sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk anak-anak.
Kemah Literasi Jawa Barat 2019 bertema “Literasi untuk Semua”. Maksud tema tersebut adalah bahwa FTBM Jawa Barat berusaha untuk mengangkat berbagai segi dari literasi, seperti literasi bagi kalangan yang berkebutuhan khusus, kanak-kanak, dan masalah gender. Selama tiga hari penyelenggaraan acara, “Kemah Literasi Jawa Barat 2019” diisi dengan rangkaian kegiatan yang dihadirkan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan para pegiat literasi berupa pemberian informasi dari narasumber melalui kegiatan diskusi, bedah buku, pelatihan menulis, dan saling bagi informasi. Kegiatan lainnya antara lain pameran karya dan foto, pembacaan puisi oleh Wiily Fahmi Agiska (pemenang puisi terbaik dalam Anugerah Puisi 2019 Yayasan Hari Puisi), pentas seni, parade dongeng, bermain (games), dan api unggun.
Rangkaian materi menarik pun dipaparkan dalam KLJB 2019 di antaranya yaitu “Diskusi Manajemen Komunitas Literasi”, “Bincang Buku, Puisi, dan Musik”, “Pelatihan Menulis Cerita Anak”, Praktik-Praktik Literasi Sekolah”, “Praktik Kolaborasi Gerakan Literasi Masyarakat”, “Membaca Nyaring, Dongeng, dan Lagu dalam Gerakan Literasi”, “FGD Optimalisasi Peran TBM dalam Gerakan Literasi”, “Pentingnya Literasi Digital”, “Sastra dan Gerakan Literasi”, “Bedah Buku”, “Musik dan Gerakan Literasi”, dan “Pelatihan Sketsa atau Aksara Sunda Kuno”. Sementara itu, narasumber yang hadir dalam KLJB 2019 di antaranya adalah Acep Iwan Saidi, Hawe Setiawan, Fery Curtis, Maman Suherman, Ali Muakhir, Wien Muldian, Gol A Gong, Eryandi Budiman, Panji Sakti, Adew Habsta, Satgas Gerakan Literasi Sekolah Kemdikbud, Wakil Ketua Pelaksana GLS Kemdikbud, dan dari Dewan Perpustakaan Jabar.
Dalam KLJB 2019, Ketua PP Forum TBM, Firman Venayaksa, menganugrahi salah seorang narasumber dalam KLJB 2019, Fery Curtis, sebagai “Sahabat Literasi”. Menurut Firman, Fery Curtis layak diberikan anugerah “Sahabat Literasi” karena beliau kerap membantu FTBM dalam memperkenalkan dan mempromosikan gerakan literasi. Anugerah “Sahabat Literasi” ini merupakan anugerah yang ketiga kalinya diberikan oleh PP FTBM. Sebelumnya, PP FTBM sudah menganugerahkan “Sahabat Literasi” kepada Nowela (Artis Indonesian Idol asal Papua) saat Gerakan Indonesia Membaca di Ciamis dan Maman Suherman.
Balai Bahasa Jabar, sebagai UPT Badan Bahasa & Perbukuan, Kemdikbud, yang aktif melaksanakan Gerakan Literasi Nasional, turut berpartisipasi dalam kegiatan KLJB 2019. Sepuluh staf Balai Bahasa Jabar ikut menjadi peserta dan pengisi acara dalam KLJB di Bumi Perkemahan Kiara Payung, Sumedang.
Sampai berjumpa di Kemah Literasi berikutnya. Salam Literasi! (DS).