Jakarta—Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) kembali memantik semangat generasi muda pada peringatan ke-94 Sumpah Pemuda tahun ini. Bertepatan dengan Sumpah Pemuda, setiap bulan Oktober, Badan Bahasa merayakan Bulan Bahasa dan Sastra dengan mengajak seluruh pemangku kepentingan bersinergi dalam membina, mengembangkan bahasa dan sastra Indonesia, memelihara semangat, serta meningkatkan persatuan Indonesia terutama di masa pemulihan pascapandemi Covid-19.
Dalam Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) yang mengangkat tema “Perkuat Bahasa, Gelorakan Sastra”, pada Kamis (13/10), Kepala Badan Bahasa, E. Aminudin Aziz menggarisbawahi pentingnya peran pemangku kepentingan dalam mewujudkan bangsa yang sehat. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan bahasa sebagai media komunikasi efektif untuk mengedukasi masyarakat terkait protokol kesehatan misalnya. Ia mengatakan bahwa implementasi bahasa secara ‘sehat’ adalah bagaimana agar bahasa tersebut digunakan dengan baik, pantas, dan masif di masyarakat.
Aminudin menyebutkan berbagai kampanye terkait bahasa dan sastra telah dilakukan. Antara lain, bekerja sama dengan Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 dalam penerbitan Buku Pedoman Perubahan Perilaku dalam Berbagai Bahasa Daerah. Produk ini diklaim Aminudin Aziz telah diterima dengan baik oleh masyarakat sehingga turut berdampak dalam proses internalisasi budaya baik yakni penerapan protokol kesehatan di masa pandemi.
“Partisipasi masyarakat dalam menggunakan bahasa secara baik membuat kami terkesan. Kami mengapresiasi peran pemerintah daerah, dinas pendidikan, maupun komunitas/pegiat bahasa dan sastra di seluruh Indonesia,” ungkapnya. Adapun buku Pedoman Perubahan Perilaku dalam Berbagai Bahasa Daerah tersebut telah dialihbahasakan ke dalam 117 bahasa daerah.
Kepala Badan Bahasa mengaku bangga ketika masyarakat bersama dengan lembaga pemerintah terlibat dalam kampanye untuk berbahasa ‘sehat’ sehingga dampaknya bisa dirasakan secara luas. Menurutnya, penggunaan bahasa yang tepat sebagai media komunikasi sangat berdampak terhadap keberhasilan sebuah kampanye. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Aminudin Aziz turut mengajak masyarakat menggunakan bahasa yang baik dan menghindari penggunaan bahasa yang tidak pantas di ruang publik.
“Ketika bahasa itu dimengerti maka publik akan ikut dalam kampanye tersebut. Saya melihat masyarakat merespons positif (kampanye yang dilakukan Badan Bahasa). Saya harap, makin banyak orang yang teredukasi maka penerapan budaya positif di masyarakat bisa tercapai maksimal,” tuturnya seraya menyampaikan rasa terima kasih kepada masyarakat yang ikut terlibat dalam kampanye khususnya kampanye bahasa dan sastra.
Aminudin Aziz menyebut bahwa praktik revitalisasi bahasa daerah terselenggara dengan baik di sekolah, kantor bahasa, kantor pemerintah daerah (pemda), tempat ibadah, hingga balai-balai desa. Tahun depan, rencananya Kemendikbudristek akan menambah target sasaran revitalisasi bahasa daerah. Saat ini sudah 17 provinsi dan 52 bahasa daerah yang direvitalisasi. “Harapannya makin banyak pemerintah daerah yang semangat dan terus mendukung revitalisasi bahasa daerah ini,” ungkapnya.
Ketua Perkumpulan Pendidik Bahasa Daerah Indonesia Wilayah Bali, Ni Wayan Sariani, menyampaikan respons baiknya atas kampanye kebahasaan yang dilakukan Badan Bahasa. “Masyarakat di wilayah kami saling bantu dalam mengampanyekan kebiasaan baik melalui berbagai cara dengan pendekatan bahasa daerah,” ucapnya.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Sulawesi Selatan, Setiawan Aswad, menggarisbawahi pentingnya peran seluruh pemangku kepentingan untuk berbagi peran dalam berkontribusi merevitalisasi bahasa daerah. Termasuk di dalamnya keterlibatan satuan pendidikan dan komunitas/pegiat bahasa dan sastra.
“Kalau kita ingin menguatkan bahasa dan sastra daerah maka kita harus lihat dari tiga tingkatan yaitu bagaimana kita menguatkan dari sisi sistem, kelembagaan, dan SDM. Kita harus memberikan landasan yang kuat agar bahasa dan sastra berkembang melalui regulasi yang membuat bahasa memiliki daya lestari termasuk di dalamnya penyediaan anggaran dan komitmen pimpinan,” tegasnya.
*Praktik Baik Revitalisasi Bahasa Daerah Semarakkan Peringatan Bulan Bahasa dan Sastra*
Bulan Bahasa dan Sastra 2022 tidak hanya diselenggarakan untuk memperingati 94 tahun Sumpah Pemuda, tetapi kegiatan tersebut juga dilaksanakan melalui berbagai aktivitas kebahasaan dan kesastraan yang melibatkan beragam pihak, dari ekosistem pendidikan, insan dan komunitas pegiat dan pemerhati bahasa dan sastra, lembaga, hingga masyarakat umum. Esensi aktivitas Bulan Bahasa dan Sastra mencakup diskusi, apresiasi, kompetisi, dan berbagi informasi. Tema Bulan Bahasa dan Sastra tahun 2022 adalah “Bangkit Bersama”.
Pelibatan berbagai pemangku kepentingan tersebut tak lain agar tercipta keselarasan pemahaman antargenerasi, antarbudaya, dan antarkelompok terhadap nilai-nilai kebinekaan dan ketunggalan bahasa yang diusung sejak generasi angkatan 1928. Kepala Badan mengatakan, keberagaman bahasa daerah sebagai pendukung ketunggalan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa harus senantiasa ditanamkan dan ditumbuhkembangkan di dalam karakter setiap generasi penerus.
Terkait dengan praktik revitalisasi bahasa daerah, Ni Wayan Sariani bersama komunitasnya menyampaikan dukungan program pemda melalui penggunaan bahasa daerah setiap Kamis termasuk menggunakan pakaian adat daerah yang berlaku di Bali. Hal ini sejalan dengan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 80 Tahun 2018 tentang perlindungan dan penggunaan bahasa, aksara, dan sastra Bali serta penyelenggaraan Bulan Bahasa dan Sastra.
“Kami juga menyelenggarakan Bulan Bahasa dan Sastra di Bali setiap bulan Februari. Berkaitan dengan revitalisasi bahasa daerah, kami mengadakan pelatihan guru, pengimbasan kepada guru dan siswa, ujungnya diadakan lomba (kompetisi). Saat ini kami sedang mengikuti lomba pidato berbahasa Bali dan lomba teka teki,” urai Wayan yang aktif terlibat dalam kegiatan Bulan Bahasa dan Sastra yang diselenggarakan Balai Bahasa Provinsi Bali.
Tak ketinggalan, Setiawan Aswad mengatakan bahwa pemerintah provinsi Sulawesi Selatan setiap Rabu juga mengimbau masyarakat untuk menggunakan bahasa daerah. “Kita punya smart school, di dinas pendidikan (Disdik) juga ada studio yang bisa digunakan untuk melakukan siaran berbahasa daerah yang bisa di-relay ke sekolah-sekolah agar makin banyak siswa mempelajari bahasa daerah. Ini merupakan salah satu cara untuk mengatasi kekurangan guru bahasa daerah. Selain itu, dalam waktu dekat kami juga akan revisi kurikulum bahasa daerah,” jelas Setiawan.
Lebih lanjut, Disdik Provinsi Sulawesi Selatan turut melakukan pendampingan dalam rangka penguatan bahasa daerah yang bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan. Kemudian berkoordinasi untuk membuat kamus daring (online) bahasa daerah serta membentuk forum penyuluh bahasa daerah. Setiawan juga menjelaskan bahwa Disdik saat ini juga sedang menggiatkan agar sekolah negeri maupun swasta di daerah punya minimal satu karya berbahasa daerah.
“Harapannya upaya revitalisasi, pelindungan, dan konservasi Bahasa daerah makin marak di Sulawesi Selatan,” ungkapnya.
Kewajiban menggunakan bahasa daerah sekali sepekan juga berlangsung di Maluku. Diungkapkan Anggelvania L. Kesaulija selaku Duta Bahasa Maluku bahwa setiap Jumat ada peraturan wajib berbahasa daerah di sekolah dan instansi pemerintahan termasuk dengan Bupati. Hal ini sejalan dengan semangat Merdeka Belajar di sekolah-sekolah di mana satuan pendidikan sudah masif melakukan Trigatra Bangun Bahasa dalam mendukung revitalisasi bahasa daerah.
“Contohnya di sekolah yang menjadi target sasaran revitalisasi, dalam upacara dan doanya menggunakan bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing,” ujar Angel, yang terpilih sebagai duta bahasa tahun lalu.
Keuntungan dari melestarikan bahasa daerah sendiri amat dirasakan oleh Angel dan rekan-rekannya. Saat mereka melakukan peninjauan ke sekolah-sekolah untuk melihat praktik bahasa daerah, mereka dengan mudah diterima dan berbaur ketika berinteraksi menggunakan bahasa daerah. Selain itu, upaya dalam merevitalisasi bahasa daerah ini juga mereka lakukan dengan membuat dan mengunggah konten di akun media sosial disertai infografik yang menarik untuk memperkenalkan bahasa daerah kepada generasi muda dengan cara kekinian.
“Kami juga berkoordinasi dengan para komunitas literasi dan pegiat bahasa untuk membentuk wadah untuk memicu ketertarikan anak-anak terhadap bahasa daerah melalui pemanfaatan media buku yang diterjemahkan ke dalam tiga bahasa lokal,” urai Angel yang tertarik menjadi duta bahasa daerah karena bercita-cita ingin memartabatkan bahasa.
Sebelum mengakhiri, Angel menyampaikan bahwa sudah sepatutnya kita mencintai dan menggunakan bahasa daerah yang telah tumbuh dan mengakar sebagai identitas kita. “Mari kita bangun bahasa supaya hidup persaudaraan tetap terjaga,” pesan Angel untuk pemuda pemudi Indonesia.
Sumber:
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi