Yus Rusyana dilahirkan di Pameungpeuk, Garut, pada tanggal 24 Maret 1938. Berprofesi sebagai penyair, penulis cerita pendek dalam bahasa Sunda, dosen dan guru besar, dan peneliti sastra Sunda. Setelah tamat SGB di Garut, ia melanjutkan ke SGA di Bandung. Di SGA-lah minatnya untuk menulis tumbuh karena mengelola majalah dinding Lembaga bersama kawan-kawannya. Kemudian, Yus melanjutkan pendidikannya ke IKIP Bandung dan banyak menulis sajak dalam surat kabar Sipatahoenan (1959—1961). Setelah menjadi sarjana lengkap, Yus langsung diangkat sebagai dosen tetap di almamaternya, bahkan pernah menjadi Dekan FKSS (1977—1978).
Pada tahun 1971 Yus terpilih untuk mengikuti program Post Graduate Training in the study of Indonesian language and Philology di Leiden, Belanda. Pada tahun 1975 meraih meraih gelar doktor di Universitas Indonesia dengan judul disertasinya Interferensi Morfologis pada Penggunaan Bahasa Indonesia oleh Anak yang Berbahasa Pertama Bahasa Sunda Murid Sekolah Dasar di Daerah Provinsi Jawa Barat.
Semasa mahasiswa Yus aktif dalam berbagai kegiatan kesenian, antara lain, yaitu membentuk Liga Drama Bumi Siliwangi yang berhasil mementaskan lakon-lakon yang ditulisnya sendiri. Lakon-lakon drama yang pernah ditulisnya, antara lain, adalah sebagai berikut.
- Cahaya Maratan Waja ‘Cahaya Menembus Baja’ (1964);
- Khutbah Munggaran di Pajajaran ‘Khutbah Pertama di Pajajaran’ (1965);
- Di Karaton Najasi ‘Di Keraton Najasi’ (1966);
- Rekening (1967);
- Tukang Polka ‘Tukang Cukur’ (1968).
Cerita-cerita pendek yang sudah dibukukannya berjudul Di Luhureun Jukut Reumis ‘Di Atas Rumput Berembun’ (1965) dan Jajaten Ninggang Papasten ‘ Keberanian Berhadapan dengan Takdir’ (1988). Selain, itu ia juga membukukan sajak-sajaknya dalam Nu Mahal Tibatan Inten ‘Yang Lebih Mahal daripada Intan’ (1980) dan Buana nu Pinuh ku Mega ‘Buana yang Penuh dengan Mega’ (1992). Perjalanannya menunaikan ibadah haji ditulisnya dalam bentuk dangding berjudul Guguritan Munggah Haji (1995). Selain itu, Yus juga melakukan berbagai penelitian, antara lain, berjudul sebagai berikut.
- Bagbagan Puisi Mantra Sunda (1970);
- Bagbagan Puisi Pupujian Sunda (1972);
- Bagbagan Puisi Sawer Sunda (1971);
- Galuring Sastra Sunda (1969);
- Carita Para Nabi dina Sastra Sunda (1976);
- Panyungsi Sastra (1978);
- Sastra Lisan Sunda (1978);
- Novel Sunda sebelum Perang (1979);
- Puisi Guguritan Sunda (1980).
Yus Rusyana adalah pemenang hadiah Rancage yang pertama (1989) untuk bukunya yang berjudul Jajaten ninggang Papasten. Ia juga pernah menjadi Ketua Umum PPSS (1975—1981) dan menjadi anggota Dewan Pembina LBSS, pernah duduk sebagai anggota redaksi majalah Mangle, Wangsit, dan Lingua.
Menurut Agus R. Sarjono, Yus Rusyana adalah seorang tokoh yang sangat luar biasa, guru yang inspiratif, dan mengesankan. Dari Yus pulalah Agus R. Sarjono mendapatkan keyakinan bahwa semua orang pada dasarnya sama tinggi atau sederajat. Dengan teguran, kritikan, dan dorongan Yus Rusyana, Agus R. Sarjono tumbuh dan berkembang menjadi sastrawan dan kritikus sastra yang tidak pernah gentar berhadapan dan berbincang dengan siapa pun, baik tokoh besar di Indonesia maupun di mancanegara.